Portal Berita Buku – Dilansir beberapa media, tanggal 7 Februari 2013, Front Pembela Islam (FPI) menolak acara bedah buku terkait nama Tan Malaka berjudul Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia, karya Harry A Poeze dari Amsterdam, Belanda. Rencananya acara ini akan diselenggarakan di Jalan Cipto, Surabaya, Jawa Timur. Pihak FPI melarang bedah buku karena diadakan di tempat umum. Mereka meminta penyelenggara untuk melakukan bedah buku di kampus-kampus.
“Acara ini tidak boleh dilaksanakan, Tan Malaka adalah tokoh PKI yang harus dihilangkan dari negeri ini,” tegas Ketua Bidang Nahi Munkar, FPI Jawa Timur, KH Dhofir.
Tindakan FPI tersebut disayangkan beberapa pihak, dan dianggap mencederai sejarah. Tan Malaka yang lahir pada 2 Juni 1897 di Suliki Sumatera Barat adalah salah seorang aktivis pejuang kemerdekaan Indonesia. Untuk jasa perjuangannya, Presiden Soekarno menganugerahi Tan Malaka gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 53.
Terkait fakta tersebut, KH Dhofir menanggapi “Itu kan versinya PKI. Tan Malaka itu kan pahlawannya orang-orang PKI, Tan Malaka itu kan tokoh Marxis.” Dia juga mengingatkan pelarangan aktivitas partai komunis masih berlaku di Indonesia berdasarkan Tap MPR RI.
“…ketika saya berdiri di depan Tuhan saya adalah seorang Muslim, tapi ketika saya berdiri di depan banyak orang saya bukan seorang Muslim, karena Tuhan mengatakan bahwa banyak iblis di antara banyak manusia! Jadi kami telah mengantarkan sebuah kekalahan pada para pemimpin mereka dengan Qur’an di tangan kita…”Tan Malaka menjadi ketua Partai Komunis Indonesia pada tahun 1921. Pada tahun 1948 ia menjadi ketua Partai Murba yang baru didirikan. Dalam pidatonya “Komunis dan Pan-Islamisme” Tan Malaka menyinggung hubungan antara Komunis dan Kelompok Islam. Dalam pandangan politiknya tersebut, Tan Malaka jelas mengatakan:
Tan Malaka juga merupakan salah satu tokoh yang tidak lagi tertarik dengan kekhalifahan Islam. Ia menegaskan, Perang Suci sudah kehilangan arti pentingnya bagi dunia Islam. Tiga Khalifah yang ada –Khalifah Spanyol, Khalifah Mesir dan Khalifah Baghdad, memunculkan perangnya sendiri-sendiri dengan kebenarannya masing-masing. Dari kondisi itu, Tan Malaka merumuskan ulang definisi perjuangan Islam.
“…Pan-Islamisme saat ini berarti persaudaraan antar sesama Muslim, dan perjuangan kemerdekaan bukan hanya untuk Arab tetapi juga India, Jawa dan semua Muslim yang tertindas. Persaudaraan ini berarti perjuangan kemerdekaan praktis bukan hanya melawan kapitalisme Belanda, tapi juga kapitalisme Inggris, Perancis dan Itali, oleh karena itu melawan kapitalisme secara keseluruhan.”
Tidak sulit untuk mencari buku-buku Tan Malaka yang menunjukkan pemikiran-pemikirannya. Buku Harry A Poeze barangkali salah satu wujud dari penafsiran sang penulis dan cara penulis mengenang Tan Malaka. Pemikiran-pemikiran Tan Malaka sendiri tersebar di berbagai buku dan tulisan. Bahkan pemikiran Tan Malaka tentang Pendidikan di Indonesia juga ada. Buku – buku Tan Malaka yang menjadi karya-karya pentingnya antara lain Madilog (Materialisme, Dialektika dan Logika) dan Menuju Republik Indonesia. Jika Anda tertarik untuk membaca, buku Tan Malaka, Anda bisa klik link ini.
Belum ada tanggapan.