buku-stephen-hawking

Hawking dan Etos Pengetahuan

            Harian Detik (Rabu, 14 Maret 2018) melansir kabar bahwa fisikawan Inggris paling terkemuka, Stephen Hawking meninggal dunia. Ia meninggal di usia 76 tahun. Selama ini pernyataannya tentang kiamat, tentang surga, tentang neraka begitu kontroversial. Pernyataannya memicu orang berfikir lebih jauh tentang misteri masa depan. Apa yang ia nyatakan seolah mendobrak pemikiran kita yang selama ini kaku dan paten tentang alam semesta dan masa depan. Hawking adalah angin segar bagi dunia ilmu pengetahuan.

            Ia adalah pemikir paling brilian yang mencoba memikirkan dan memecahkan misteri waktu. Di bukunya Rancang Agung (2017), Hawking dan Leonorld Mlodinow memberikan rangsang pemikiran kepada kita bahwa ada misteri lain tentang penciptaan alam semesta yang berbeda dari teori sebelumnya. Ia menyebut teorinya sebagai teori gravitasi supersimetris. Menurutnya, teori ini akan menjadi kandidat terlengkap tentang teori penciptaan alam semesta. Konon kalau teori ini berhasil dibuktikan, maka kita akan memecahkan misteri kala.

            Melalui fisika modern, Hawking menantang kita untuk berfikir lebih jauh, serta mendalam tentang apa yang ada di sekitar kita. Ia mengajak kita untuk menelusuri setiap fenomena, setiap peristiwa di sekitar kita. Semua peristiwa dan fenomena alam di sekitar kita tak ada yang terjadi dengan kebetulan. Karena itulah, pembacaan kita terhadap setiap fenomena alam tersebut bukan hanya semakin mendekatkan kita pada alam, tapi juga membuat kita bisa mengantisipasi ketika terjadi sesuatu padanya.

            Semangat Hawking sebagai ilmuwan menurun dari darah ayahnya. Di tahun 1937, ayahnya meneliti tentang penyakit tropis di Afrika Timur. Hawking harus menerima kenyataan bahwa ia divonis menderita ALS (Amyothropic Lateral Sclerosis) penyakit syaraf motorik yang menyerang sel syaraf pengendali otot yang menyebabkan tubuh secara bertahap lumpuh dan otot mengalami kejang-kejang di usia 21 tahun. Akan tetapi ia tak menjadikan masalah fisik di tubuhnya menjadi penghalang bagi semangatnya terhadap ilmu pengetahuan terutama astronomi dan misteri alam semesta.  

Tuhan dan Misteri Alam Semesta

            Gagasan dan pernyataannya yang kontroversial tentang Tuhan dan alam semesta membuat pikiran kita ditantang oleh Hawking. Sebut saja ketika ia mengatakan bahwa Tuhan tidak ada hubungannya dengan alam semesta ini. Di buku Rancang Agung (2017) yang diterbitkan Gramedia, kita bakal menemui kesimpulan serupa bila teori gravitasi supersimetris bisa dibuktikan.

            Meski belum sepenuhnya bisa dibuktikan dan masih dalam tahap penelitian, apa yang dikerjakan Hawking selama bertahun-tahun itu memberikan kita gambaran betapa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus kita pelajari dan kita pecahkan. Ilmu pengetahuan termasuk ilmu alam semesta ini, bukanlah sesuatu yang harus kita terima begitu saja. Ia memerlukan pemikiran, pembuktian, hingga pemikiran kita selaku manusia yang hidup dan menghuni di dalamnya.

            Kerja Hawking mestinya menantang banyak kaum agamawan melakukan kajian serupa. Agar pemikiran mereka tentang Tuhan, dan alam semesta tak mandeg atau mati. Selama ini, penjelasan-penjelasan kita tentang Tuhan sering berhenti dan tak menemukan jawaban yang memuaskan. Padahal, sebenarnya ketika kita menemukan hal tersebut, kita menemukan hal yang paling eksistensialis mengapa orang harus beragama dan meyakini Tuhan.

            Kerja penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan selama ini sering dipasrahkan kepada ilmuwan. Sementara setiap pribadi menjadi berhenti dan menganggap pokok penting ini sebagai sesuatu yang dikesampingkan. Saya membayangkan andai saja pemikiran tentang sains menjadi mata pelajaran yang tak dikesampingkan dalam pembelajaran berbasis agama. Tentu saja ilmu pengetahuan akan semakin maju seiring dengan bertambahnya etos keagamaan. Sayang sekali, lembaga keagamaan seolah terpisah dari lembaga ilmu pengetahuan atau sains. Padahal kita tahu, di masa renaissance, kita melihat ada spirit yang seimbang antara spirit keagamaan dengan spirit ilmu pengetahuan. Pernyataan Hawking tentang kiamat, tentang neraka, dan juga tentang masa depan manusia sebenarnya adalah ajakan bagi kita untuk terus berfikir mengenai misteri tersebut. Hawking optimis bahwa masa depan adalah hal yang bisa dipecahkan. Di tengah keterbatasan fisiknya, Hawking membuktikan kekuatan akal yang diberikan oleh Tuhan membawanya pada penemuan-penemuan yang menggemparkan. Ia telah mendedikasikan hidupnya untuk ilmu pengetahuan dan sains.

*) Peminat Dunia Pendidikan dan Anak, Pendidik di  SMK Kesehatan Citra Medika Sukoharjo

* Sumber gambar newyorker.com

 

,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan