Baik dalam plot “Menaklukkan Monsters”, “The Quest”, maupun “Voyage and Return”, hero (sang pahlawan) melakukan perjalanan jauh yang akan mengubah jalan hidupnya di kemudian hari. Perjalanan itu tidak mudah sebab penuh dengan rintangan dan godaan. Ada berbagai rintangan, mulai dari rawa-rawa, sungai, laut, gunung, gurun, gua, dan reruntuhan bangunan yang medannya berat dan para penjaganya yang berbentuk monster hingga para penggoda yang biasanya berbentuk para perempuan cantik. Monster dan para penggoda itu merupakan para penghalang sehingga hero tidak berhasil menunaikan tugas atau mencapai tujuan yang dikejarnya.
Dari sisi bentuk, monster sering kita temukan dalam cerita berbentuk manusia dengan atribut hewan, setengah manusia dan hewan, atau campuran berbagai hewan dalam satu bentuk. Selain itu, monster sering ditampakkan dalam ukuran yang tidak normal, seperti sangat besar (raksasa/buto ijo) maupun dalam ukuran kecil (orang kerdil). Akan tetapi, di luar bentuknya, yang paling penting berkaitan dengan cerita adalah sifat atau perilaku dari monster tersebut. Berikut ini adalah tiga sifat atau perilaku monster dalam cerita (Booker, 2010).
Pertama, monster yang “aktif” atau monster yang bertindak sebagai predator (mengejar mangsanya). Monster itu mengembara mengelilingi dunia dengan penuh ancaman dan penuh kelicikan untuk dalam pencarian kekuatan atau memperdaya manusia untuk masuk ke dalam kekuasaannya. Monster ini pun memiliki sarang, tetapi lebih sering keluar untuk mencari korbannya. Langkahnya menebarkan rasa takut dan bayangan kerusakan yang akan ditimbulkannya.
Kedua, monster yang lebih pasif dari jenis predator tadi. Monster ini adalah monster penjaga yang setia. Biasanya, monster ini berjaga di dekat sarangnya. Ia gampang tersinggung dan marah jika ada yang orang yang berniat mengusik apa yang dijaganya. Yang dijaganya itu bisa berupa harta karun, benda sakti, atau seorang puteri. Perannya sebagai penjaga menyebabkannya monster itu mencurigai dan mengancam siapa pun yang mencoba mendekati jagaannya itu.
Ketiga, monster yang berperan sebagai pembalas dendam. Monster ini akan bertekad mengejar dan membalas dendam kepada siapa pun yang sudah membuat tantangan atau mencelakai sesuatu (apa pun dan siapa pun) yang menjadi tuannya, temannya, atau keluarganya.
Berbeda dengan monster yang secara bentuk sangat menyeramkan atau menakutkan, para penggoda umumnya muncul dalam bentuk seorang perempuan cantik nan memikat hati. Esensi tugas para penggoda adalah menawarkan atau menjanjikan gratifikasi fisikal. Biasanya, seputar membangkitkan hawa nafsu atau seputar godaan seksual. Atau, bisa juga para penggoda itu menawakan kecukupan makanan atau anggur yang memabukkan. Mereka menawarkan kesenangan dan kenikmatan kepada sang pahlawan (hero). Mereka merayu dan membuai hero agar lupa akan tugas utama atau tujuan utamanya. Ada banyak jenis penggoda, tetapi menurut Booker (2010) dengan mengacu kepada Odyssey, ada empat jenis.
Pertama, si cantik dan mematikan, yaitu Sirens. Siren memikat para pelaut agar datang ke tempatnya dengan nyanyiannya yang memesona. Tujuan mereka hanya satu, yaitu membunuh.
Kedua, si cantik yang memesona, yaitu Circe. Circe memenjarakan semua orang yang datang ke pulaunya dan menyihirnya menjadi seekor binatang. Namun, dia tidak membunuh orang-orang yang ditahannya.
Ketiga, Calypso, si cantik yang memesona juga, yang jatuh cinta pada Odysseus dan memikatnya sehingga Odysseus tinggal selama tujuh tahun di dalam guanya. Tapi, konon Odysseus secara sukarela tinggal di sana.
Keempat, perempuan menawan sekaligus melemahkan, dan menjebak orang-orang dengan menggunakan atmosfer kesenangan diri sendiri. Jebakan ini menyeret paksa anak buah Odysseus untuk kembali ke kapalnya.
Artikel ini sekadar melengkapi pengetahuan kita tentang tujuh alur dasar yang diungkapkan oleh Booker (2010). Tentu ada jenis atau bentuk monster dan penggoda yang berbeda dengan kriteria yang saya sebutkan di atas. Semuanya bergantung bagaimana kita melihatnya. Wallahu a’lam.
Taman Margasatwa, 7 September 2015.
Belum ada tanggapan.