upaya-menjaga-ketahanan-energi

Kaum Muda dan Ketahanan Energi

When scarceness threatened, populations moved to other region

and generally speaking, there was no concern about environment

support capacity that is the natural conditions

 for resources generation.

Goldemberg (2010)

            Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, pernyataan Goldemberg di atas berarti, “Ketika kelangkaan melanda, populasi berpindah ke daerah lain yang secara umum tidak mempedulikan tentang kapasitas pendukung lingkungan yaitu sumber daya alami yang dilestarikan untuk generasi mendatang” (Hamdi, 2016:2). Pernyataan ini mengingatkan kita untuk tetap selalu menjaga kelestarian sumber energi hingga bisa digunakan untuk generasi yang akan datang.

            Kita tidak bisa menafikan bahwa energi merupakan satu unsur yang sangat urgen dalam kehidupan kita sebagai manusia. Kehidupan kita sangat bergantung pada energi di mana energi digunakan antara lain untuk penerangan dan penghangat rumah, memasak makanan, mencuci pakaian, transportasi, komunikasi dan menjalankan industri skala besar (di pabrik-pabrik), menegah maupun skla kecil (home industry). Tanpa energi semua kegiatan ini tidak dapat dilakukan. Bahkan bila di suatu daerah energinya habis, maka peradaban juga akan hilang di sana. Biasanya penduduk daerah itu akan pindah ke daerah lain untuk mencari energi baru demi memenuhi kebutuhan energinya. Dengan demikian dapat dilihat bahwa manusia sangat membutuhkan energi dalam hidupnya.

            Jika dilihat dari sejarah, kebutuhan energi muncul bersamaan dengan munculnya peradaban di dunia ini sehingga energi telah digunakan semenjak beribu-ribu tahun yang lalu. Pada masa prasejarah, kayu merupakan sumber energi terpenting bagi masyarakat di mana kayu berperan sebagai sumber energi yang dimanfaatkan dalam kegiatan memasak, menerangi dan memanaskan. Di samping itu, kayu yang dikombinasikan dengan hewan dan air juga digunakan sebagai alat transportasi. Pada masa awal sejarah, manusia juga menggunakan tenaga angin dan air sebagai sumber energi. Tenaga angin dan air digunakan manusia sebagai pembantu kegiatan dalam proses pengangkutan (transportasi), penggilingan butir gandum (padi), dan pengairan (Hamdi, 2016:4).

            Berbeda dengan masyarakat prasejarah, masyarakat modern ditandai dengan tingginya konsumsi energi yang membutuhkan bahan bakar fosil dan nuklir. Semakin banyak masyarakat berkumpul dalam suatu tempat maka semakin banyak pula kebutuhan energinya. Energi tersebut digunakan oleh masyarakat saat ini untuk kebutuhan memproduksi sandang dan pangan, tempat tinggal, transportasi, komunikasi dan jasa penting lainnya yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan. Fay dan Golomb (2002), menyatakan “The amount of this energy use and its concentration in the urban areas of industrialized nations has caused the environmental degradation of air, water, and land-dependent ecosystem on a local and regional scale, as well as adverse health effects in human populations.” Penggunaan energi yang sangat besar di daerah perkotaan dan negara-negara industri menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan dan ekosistem, serta efek kesehatan yang dapat merugikan manusia.

            Saya berpikir bahwa kita tentunya sepakat dengan apa yang telah ditegaskan oleh Fay dan Golomb di atas. Dunia dan terlebih khusus negara kita saat ini sedang dilanda krisis energi dan krisis lingkungan hidup. Dua macam krisis ini pada dasarnya disebabkan oleh satu penyebab yang sama yaitu penggunaan energi yang sangat besar di berbagai kota besar. Ini merupakan salah satu tantangan terbesar bagi kehidupan kita saat ini.

             Terhadap krisis energi yang tengah melanda kehidupan kita ini, kita tentunya bertanya: Bagaimana kita harus mengatasi krisis energi ini? Saya ingin secara khusus mengajukan pertanyaan ini kepada kaum muda yang merupakan generasi penerus di masa mendatang. Bagaimana kaum muda mengatasi krisis energi ini? Apakah kaum muda harus berdemonstrasi kepada pemerintah dan menuntut pemerintah untuk menyelamatkan masyarakat dari krisis energi?

            Sebagai seorang yang termasuk dalam golongan kaum muda, saya berpikir bahwa melakukan demonstrasi itu tidak perlu. Memang tidak salah kita berdemonstrasi, tetapi bukankah itu terlalu membuang banyak waktu? Menurut saya, demonstrasi tidak harus dilakukan dengan cara yang biasa kita lakukan yaitu dengan mengumpulkan masa dan berorasi sampai suara hilang. Demonstrasi yang lebih sederhana dan tidak memakan banyak waktu adalah dengan menulis sebuah opini yang berisi kritik terhadap pemerintah lalu mengirimkannya di media massa atau media online atau bisa juga di halaman facebook. Bukankah itu sangat sederhana?

            Berhadapan dengan krisis energi, menurut saya, hanya ada satu hal yang bisa dilakukan oleh kaum muda saat ini untuk dapat mengatasinya. Satu hal itu tidak lain adalah dengan merawat dan mencintai lingkungan hidup sebab lingkungan hidup merupakan sumber utama energi. Semua jenis energi baik itu energi yang tak terbarukan seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, maupun energi yang terbarukan seperti Hydropower (energi air), Biomassa, Geothernal (energi panas bumi), Solar Energy (energi matahari), dan energi angin bersumber dari bumi atau lingkungan hidup. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk dapat menjaga ketahanan energi adalah dengan merawat lingkungan hidup. Hal inilah yang perlu dilakukan oleh kaum muda saat ini.

            Saya secara pribadi sungguh mengapresiasi sebagian kecil kaum muda yang bergerak dalam organisasi mahasiswa pecinta alam. Untuk mahasiswa yang bergerak dalam bidang ini, tetaplah bersemangat dalam merawat lingkungan hidup. Sedangkan untuk para kaum muda yang selama ini bergerak dalam kegiatan demonstrasi yang seringkali membuang banyak waktu, mari kita sejenak beralih untuk mencintai dan merawat lingkungan hidup kita. Sebab dengan merawat lingkungan hidup, kita dapat membangun ketahanan energi.

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan