Surat dari Pembaca!

Suatu hari saya membayangkan, jika kelak saya telah menulis sebuah buku dan diterbitkan, seseorang akan mengirim sebuah surat kepada saya. Isinya kira-kira begini:

Kepada saudara (W) yang baik. Semoga anda berada di posisi saya saat membaca ini.

Sebagai pembaca, saya berhak mengecam buku yang saya baca. Tentu saja karena uang dan waktu yang sudah saya keluarkan.

Bayangkan; kaupergi ke toko buku, menemukan sebuah buku dengan sampul yang bagus, dengan judul menarik, dengan sinopsis menggebu-gebu, tersegel dengan ketat sehingga tidak ada peluang bagi pembeli untuk mengintip isinya, lalu tidak ada pilihan lain. Kau penasaran dan kaupikir itu pastilah buku bagus. Sesampainya di rumah kau pun mulai membacanya; ada yang memang bagus dan ada yang tidak. Untuk buku yang tidak bagus menurut saya, biasanya terlihat dari lembar-lembar awal. Golongan ini adalah sebuah novel yang memaksakan diri jadi buku inspiratif dan bermuatan pesan yang sangat sesak, novel horor yang isinya entah sedang melucu atau memang bablas, novel fiksi tidak logis dengan kualitas imajinasi penulisnya sedangkal mata kaki serta semua jenis novel dengan kalimat mendayu-dayu yang mencoba membuat pembaca terharu dengan menaburkan segala adegan FTV atau sinetron percintaan ke dalamnya. Jika saja saya bisa mengintip isinya sejak di toko buku (sebelum membawanya ke kasir), pasti uang saya tidak akan terhambur percuma.

Seandainya saja buku dijual mirip menjual baju di distro yang mana kita bisa betul-betul menimang sebelum membeli. Tetapi, mungkin karena takut tidak akan laku terjual sehingga segel tidak boleh dibuka sebelum membelinya (jika segel sobek = beli!) maka membeli sebuah buku seperti main dadu. Dibawa ke rumah seperti kucing dalam karung. Jangan jauh-jauh, ibu-ibu di restoran itu bisa mencak-mencak bila ikan pesanannya kurang garam!

Saya menghargai penulis yang sadar bahwa pembaca adalah raja sementara mereka adalah pendongeng di istana. Untuk menghibur raja dari kebosanan, maka setiap cerita harus bisa menghibur, menggugah dan membuat sang raja menunggu kisah selanjutnya. Untuk setiap cerita buruk, titah dari raja kepada pengawalnya adalah menghukum pendongeng itu dan menyingkirkannya. Demikian pula hal ini terjadi pada kisah abadi ‘seribu satu malam’, ketika sang raja dibuat tidak berkutik oleh sebuah kisah sampai-sampai menunda hukuman mati terhadap penceritanya selama bermalam-malam-malam-malam….

Sangat disayangkan jika ada penulis yang tidak mau susah-susah menulis agar pembacanya puas, sebab untuk buku mereka pembaca akan menghabiskan sejumlah uang. Sialnya, sebagian buku yang pernah terbit dan telah saya beli tidak lebih dari kumpulan kertas. Isinya sungguh tidak penting. Untuk uang yang telah saya keluarkan, saya berhak mengutuk. Saya tidak tahu apakah masalah terletak pada selera saya yang buruk atau memang bukunya.

Saudara W yang baik, ini tentang buku yang anda tulis. Kebetulan, baru-baru ini saya melihatnya di toko dan saya kira itu buku yang bagus.

Jujur saja, mungkin karena selera, buku yang anda tulis menjadi tidak bagus dan tidak mutu. Di mata saya buku itu terlalu gampangan, bahkan tergesa-gesa. Kalau tidak salah, Anda mengambil tema tentang percintaan, dan itu sebuah tema besar menurut saya. Meskipun telah banyak buku-buku percintaan, melihat bukumu, apalagi cover dan sinopsisnya yang cemerlang…ah, saya sangka isinya bagus.

Anda mem-php saya! Saya pikir (berharap), sebagai pendatang baru Anda punya ide-ide yang segar. Tetapi sungguh sayang bahwa anda menyajikan isi buku tersebut dengan sangat biasa saja. Bahkan ada kesan, dalam beberapa adegan anda mengkopi dari sinetron. Saya marah karena anda tidak berusaha menyajikan momen-momen percintaan dengan sedikit riil, tidak mengambang dan klise.

Sumpah, andai saja saya bisa mengembalikan buku ini ke toko buku, dengan senang hati akan saya lakukan. Tetapi…ya, sudahlah.

🙁          🙁           🙁

Maka, saya sungguh memintamu, tolong menulislah dengan baik. Jangan asal menjejalkan isi bukumu seperti pakaian kotor ke dalam karung. Karena untuk dompet yang terkuras dan waktu yang terbuang, pembacamu layak mendapatkan pelayanan yang terbaik darimu. Sekian saja. Saya yakin anda tidak akan marah dan dendam. Salam. 🙂

Ilustrasi kisah seribu satu malam: google

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan