Alur terakhir dari tujuh alur dasarnya Booker (2010) yang akan saya bahas adalah rebirth. Keenam jenis lainnya yang sudah saya bahas adalah menaklukkan monster, pergi-pulang, perjalanan dan pencarian yang jauh, dari derita gapai bahagia, komedi, dan tragedi. Dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary, 8th edition, kata rebirth bermakna (1) a period of new life, growth or activity dan (2) a spiritual change when a person’s faith becomes stronger or they convert to another religion. Dari kedua arti itu, arti yang pertamalah yang dimaksud oleh jenis alur ini.
Secara harfiah, rebirth diindonesiakan menjadi ‘kelahiran kembali’, tetapi dengan catatan makna kelahiran yang dimaksud adalah makna konotatifnya. Akan tetapi, dari dua contoh cerita yang dikategorikan memiliki alur dasar jenis ini, yaitu Sleeping Beauty dan Snow White, bisa juga diartikan menjadi ‘hidup kembali’. Hanya saja, itu pun kurang mengena jika kita lihat pada cerita Beauty and The Beast atau The Frog Prince. Terlepas dari pe-indonesiaanya, alur dasar rebirth adalah alur yang berintikan peristiwa kembali sadarnya sang heroine atau hero dari tidur panjangnya atau terbebasnya sang hero atau heroine dari kutukan yang menyebabkan ia terperangkap dalam kondisi yang tidak menyenangkan, seperti menjadi binatang atau makhluk mengerikan.
Dalam Sleeping Beauty dan Snow White—di Indonesia keduanya dikenal sebagai cerita Putri Tidur dan Putri Salju—tokoh utamanya adalah seorang putri (heroine). Meskipun keduanya sama-sama “tertidur”, tetapi penyebabnya berbeda. Heroine dalam Sleeping Beauty tertidur setelah tertusuk jarum sebagai kutukan dari seorang peri jahat, sebaliknya dalam Snow White, tertidur sebab memakan apel beracun yang diberi oleh Ratu yang iri hatinya. Perbedaan yang lainnya lagi adalah dalam Sleeping Beauty, semua penghuni istana dan isi kerajaan dibuat tertidur oleh peri baik hati agar kelak mereka sama-sama terbangun. Sebaliknya, Snow White tertidur sendiri, bahkan dianggap mati oleh teman-temannya, yaitu tujuh kurcaci. Tapi, dalam kedua cerita itu, Sang Pangeranlah yang membangunkan mereka dari “tidur”. Dan, Pangeran itu tidak pernah mereka kenal sebelumnya.
Berbeda dengan kedua cerita itu, Beauty and The Beast dan The Frog Prince memiliki tokoh utama seorang laki-laki (hero). Kesamaan keduanya adalah sama-sama seorang pangeran yang dikutuk. Pangeran yang satu dikutuk menjadi manusia yang menyeramkan, sedangkan yang satunya lagi menjadi seekor kodok. Tapi, keduanya bisa kembali ke wujud semula, kembali menjadi pangeran, setelah bertemu dengan seorang gadis atau putri.
Dengan menganalisis alur pada keempat cerita tersebut, menurut Booker (2010), alur dasar berjenis rebirth ini terdiri atas lima tahapan. Pertama, a young hero or heroine falls under the shadow of the dark power. Jadi, dalam tahapan ini, Putri atau Pangeran masuk ke dalam cengkeraman kekuatan jahat. Kedua, for a while, all may seem to go reasonably well, the threat may even seem to receded. Dalam tahapan ini, ancaman terhadap hero atau heroine tampak menyusut, bahkan terlihat segala sesuatunya akan baik-baik saja. Ketiga, but eventually it approaches again in full force, untill the hero or heroine is imprisoned in the state of living death. Tapi, pada akhirnya kekuatan jahat itu mendekati kembali dengan kekuatan penuh, hingga sang hero atau heroine terpenjarakan dalam hidup, tapi mati. Keempat, this countinues for a long time, when it seem that the dark power has completely triumphed. Kondisi hidup, tapi mati itu berlangsung lama, dan tampaknya kekuatan jahat itu akan memperoleh kemenangan yang sempurna. Kelima, but finally comes the miraculous redemption; either the imprisoned figure ia a hero, by the hero; or, where it is the hero, by Young Woman or a Child. Akan tetapi, akhirnya datang penyelamatan penuh kemukjizatan, jika sang tawanan seorang heroine maka penyelamatan dilakukan hero, dan sebaliknya jika sang tawanan adalah hero, maka penyelamatannya oleh Wanita Muda atau seorang anak.
Wallahu a’lam
Taman Margasatwa, 7 Oktober 2015
Belum ada tanggapan.