Arsip Tag | cerita pendek

telunjuk-jari-muka-sendiri

Telunjuk Jari

“Cepat,  ini tempat kerja bukan taman ria tempat bersantai-santai! Halah…ngerjain kayak gitu aja gak becus. Gak nyampe sepuluh menit juga selesai!” Mata Rosna terlihat hampir loncat. Dia bertolak pinggang. Wajahnya tampak sangat bengis. Hitam tanpa cahaya. Tampak benar kesombongannya. Sementara Arum tertunduk layu. Mungkin dia merasa takut dan juga muak mendengar setiap hardikan wanita bermulut […]

Lanjut Baca
age-1543464__480

Aruna dan Dia yang Dicarinya

Seperti biasa, sebelum tabuhan bedug shubuh terdengar aku telah disibukan dengan berbagai macam kerjaan. Yang paling pertama, aku harus segera menanak nasi dan membuat sayur. Jam lima nanti, Aruna anakku, akan segera terbangun. Dia akan merengek meminta sarapan, sarapan yang porsinya seperti makan siang. Aruna tak pernah sarapan selayaknya orang-orang, hanya cukup dengan segelas susu […]

Lanjut Baca
sunset-3156176__340 (1)

Lelaki yang Menyimpan Senja

Ada yang terlupa. Sebetulnya manusia tak hanya terbentuk dari lingkungan, pengetahuan dan pengalaman. Tetapi ia juga terbentuk dari kenangan. Nama perempuan itu Adzkia. Bukan gadis Malaysia seperti sebuah lagu dangdut yang kudengar dari radio-radio di pasar. Tapi aku terpaksa memanggilnya Ibu Guru. Bukan pengajar di sekolah atau pendidik di surau. Ia perempuan biasa dengan paras […]

Lanjut Baca
nature-3082832__480

Merindui Hujan

Air matanya perlahan turun. Tak kuasa dibendung. Andai ini air mata adalah hujan, mungkin ceritanya akan berbeda. Sebenarnya Akbar tak ingin air mata ini, ia ingin hujan. Hujan yang datang dengan lebatnya, yang membangunkan rumput dan pohon yang hampir mati. (lebih…)

Lanjut Baca
Milky-Way-Di-Ranu-Kumbolo-Semeru-Mahameru

Ranu Kumbolo

Situbondo, 1999.   “Aku suka hujan, kalau kamu?” “Aku suka bintang. kau tahukan kalau bintang itu indah?” “Hujan juga indah. Hujan seperti cinta, ia meruah dengan tiba-tiba” “Bintang juga seperti cinta, ia menyinari kegelapan.” (lebih…)

Lanjut Baca
perempuan-dan-rahimnya

Kamilah

“Namanya Kamilah, dan ia telah menolak kalah.” “Maksudmu, dia seorang yang egois dan keras kepala?” “Bukan. Dia tidak pernah dikalahkan, sejak kecil hingga dewasa kini, ia selalu menang. Seolah ia telah menolak kekalahan, begitu.” “Apa memang benar ada manusia yang secerdas itu?” “Mau kamu tidak percaya, kalau sudah terbukti, kamu bisa apa?” ———————– (lebih…)

Lanjut Baca
seperti-wajah-ibu

Melihat Wajah Ibu

Matahari sudah tenggelam ke peraduan saat aku masih disibukan dengan segala sedu sedan. Aku memang sangat terluka, tapi memaksa memutus nadi kehidupan itu bukanlah jalan yang benar. Aku tahu, hati ini sudah tak punya bentuk, remuk tanpa muka. Tapi aku harus tetap tegar, selagi Tuhan beri aku nafas. Tuhan bilang bahwa tidak ada ujian yang […]

Lanjut Baca
tukang-cerita-dan-ceritanya

Matinya Tukang Cerita dan Sebuah Cerita yang Belum Diceritakan

Pada mulanya aku meragukan kematian Samin. Tak percaya lelaki itu bakal pergi setelah mendengar ceritaku yang mahapanjang. Andai aku mengisahkan pembunuhan, perampokan sadis yang memutilasi korban, barangkali masuk akal ia meninggal. Tetapi, ini kisah bukan berisi keberingasan. Ditambah lagi, Samin mengedipkan mata tiga kali manakala tubuhnya hendak dibungkus kain kafan. Aku kian tak percaya dia […]

Lanjut Baca