” Bagaimana masakannya, enak?” Tanya Ibunda Bayu kepada Amirah di sela-sela makan malam.
” Enak, bu!” Amirah mengangguk.
” Ini masakan western, keluarga kami sudah biasa menyajikannya. Apa Nak Amirah suka memasak?”
” Suka, bu! Saya terbiasa memasak buat ibu saya.” Terang Amirah agak pelan.
” Masak apa?”
” Masakan biasa, menu yang sudah di ajarkan ibu secara turun temurun.”
” Owh, masakan lokal ya?”
Amirah mengangguk, mengiyakan ucapan Ibunda Bayu.
” Ibu malah kurang faham dengan masakan lokal. Semenjak sering traveling ke luar ibu lebih suka masakan sana, lebih modern.”
” Masakan di tanah air pun tak kalah enaknya, bu!”
” Oh, ya?”
Amirah tak menanggapi lagi ucapan Ibunda Bayu. Dia terus melanjutkan makannya yang dirasa kurang pas di mulutnya.
Amirah merasa heran, ternyata orang berpendidikan seperti Ibunda Bayu pun bisa berfikiran demikian: Merasa bangga dengan budaya orang, dijadikan pedoman dan acuan. Tak kenal warisan luhur nenek moyang, menganggap kampungan cita rasa kuliner tanah kelahiran.
” Bayu bilang Nak Amirah sudah pernah menikah?
” Betul, bu.” Jawab Amirah pendek.
” Oh, ya mungkin kalau gak nikah muda Nak Amirah masih melajang? Coba kalau dulu sekolah dulu yang tinggi.”
” Orang tua saya gak punya uang untuk membiayai saya, bu.”
” Ya..ya..” Ibunda Bayu menganguk-angguk.
Sejenak di meja makan itu hening tanpa suara. Tinggal suara pisau yang beradu dengan piring. Ya, orang-orang sedang makan dengan adat ala-ala barat. Piring dijadikan tatakan buat mengiris daging panggang. Garpu di kiri, pisau di kanan. Lalu tangan kiri dipakai buat menyuapkan makanan, dan pisau di tangan kanan dipakai buat memotong. Tradisi sudah mengalami pergeseran yang cukup jauh, meninggalkan adab leluhur yang telah diajarkan. Mungkin mereka telah lupa dengan nasihat orang tuanya dulu yang selalu mengatakan, ” Nak, pakailah tangan kanan untuk makan, dan tangan kiri untuk membersihkan kotoran!”
Tapi, nyatanya dunia memang terbalik! Tidak hanya wanita yang sekarang bertukar tempat dengan pria, tapi budaya nusantara juga telah bertukar tempat dengan budaya barat. Sungguh, Amirah merasa heran dan aneh, melihat adat kebiasaan keluarga ini.
Ting…tong…ting…tong bunyi bel terdengar dari depan rumah. Mbak Tin sang pembantu segera membuka pintu. Tidak lama kemudian nampaklah seorang wanita datang. Dia menyalami semuanya. Terlihat dia melempar senyum ke arah Bayu, namun tak dihiraukan.
” Ibu sudah menunggu dari tadi, kemana aja?” Tanya Ibunda Bayu kepada wanita yang baru datang itu, yang tak lain bernama Ivana.
” Barusan ada teman, jadi agak telat.” Jelas Ivana seraya tersenyum.
” Ayo, makan dulu! Ini resep terbaru lo..Steak daging kambing dengan saus khusus. Dijamin dagingnya gak bau. Dapat referensi menu waktu berkunjung ke Swiss bulan lalu bersama bapak.” Kata Ibunda Bayu seraya menyimpan daging panggang ke atas piring Ivana.
” Makasih, tan! Oh ya bulan depan aku sama teman-teman mau ke Perancis lo..Kebetulan temanku yang di sana mau membicarakan bisnis, sekalian liburan. Tante mau nitip apa?”
” Tante nitip baju ya, Van! Fashion di sana kan selalu terdepan. Kalau di sini rata-rata ngekor dan pasaran.”
” Haha…tante bisa aja. Tenang saja nanti saya bawakan. Mas Bayu juga mau saya bawakan?” Tanya Ivana pada Bayu. Terlihat Ivana sangat berharap Bayu mengangguk, tapi rupanya Bayu menolak.
” Tidak, terima kasih!” Jawab Bayu dengan wajah datar tanpa senyum.
Air muka Ivana tampak berubah mendengar penolakan Bayu. Melihat hal itu Ibunda Bayu berusaha menghibur Ivana.
” Bayu itu orangnya malu-malu. Kalau dikasih sesuatu selalu menolak, padahal nanti pasti dipakai.”
” Iya, gitu bu? Ya sudah, nanti saya bawakan buat Mas Bayu.” Wajah Ivana terlihat cerah lagi, terlebih ketika Ibunda Bayu mengatakan sesuatu kepada Bayu yang membuat hati Ivana bagai di awang-awang.
” Bay, kamu harus terbiasa menggunakan barang-barang branded yang dibawa Ivana dari luar. Karena nanti setelah menikah pun kamu akan sering menemani Ivana ke luar negeri, seperti Paris.”
Terhentak sudah semua yang mendengar itu, kecuali Ivana yang senyum-senyum penuh suka cita.
” Ibu ini bicara apa sih?” Ayahanda Bayu yang dari tadi diam bangkit dari duduknya. Matanya melirik ke arah Amirah, sepertinya dia tak tega melihat gadis lugu itu yang tertunduk menahan tangisnya.
Ibunda Bayu pun ikut melirik ke arah Amirah, lalu berucap,
” Oh, iya! Maaf saya sampai lupa kalau di sini ada Nak Amirah. Ibu lupa mengenalkan Ivana pada Nak Amirah. Ayo bersalaman!”
Dengan terpaksa Amirah mengulurkan tangan ke arah Ivana. Tak satu kata pun yang diucapkan, kecuali tangis yang hampir meledak.
Di dalam kamar Amirah menangis sejadi-jadinya. Makan malam yang baru saja dilaluinya merupakan makan malam terburuk dalam hidupnya. Amirah menangis sesenggukan. Tak di sangka kedatangannya ke rumah itu agar direstui sebagai calon menantu tak diakui Sang Nyonya rumah. Amirah kalah keren dengan Ivana, wanita yang sukses dalam segala-galanya.
Perlahan pintu kamar itu terbuka, Bayu melangkah pelan dan duduk di samping Amirah.
” Amirah, maafkan sikap ibu tadi. Ivana memang sudah disiapkan untuk menjadi calon istriku. Tapi…aku tidak mencintainya. Ayah mendukungku untuk mencari wanita sesuai pilihanku, jadi jangan takut! Ayah akan mendukung cinta kita.”
Amirah tak kuasa mengeluarkan kata apapun, dia hanya menangis dan menangis. Perlahan tangan Bayu meraih tangan Amirah, lalu menyimpannya dalam genggamannya. Seketika Amirah merasa tenang, seperti ada oase di tengah Sahara, begitu sejuk dan mendamaikan.
” Bayu, sedang apa di sini? Temani Ivana, dia ada di ruang tv.” Tiba-tiba Ibunda Bayu datang dan meminta Bayu menemani Ivana.
” Tapi, bu…aku masih ingin berbicara dengan Amirah.”
” Biar ibu yang bicara padanya. Pergilah!”
Bayu tak kuasa menolak perintah sang bunda, dia pun pergi meninggalkan kamar itu.
Sementara di dalam kamar terlihat Amirah menunduk, seperti takut jika menghadapkan wajahnya ke arah ibu kekasihnya itu.
” Nak Amirah, sebenarnya saya sangat mengagumimu. Kamu punya tatakrama yang baik dan adab yang tinggi. Saya juga tahu, kalau Bayu sangat mencintaimu.”
Sebentar Ibunda Bayu menarik nafas, dan kembali berucap,” Di keluarga ini…tidak ada syarat apapun untuk menjadi menantu. Saya sebagai orang tua akan menerima gadis manapun yang di pilih Bayu, kecuali…kecuali…dia janda!”
Amirah kaget luar biasa mendengar itu, dia langsung mengangkat wajahnya. Dengan mata terurai Amirah berusaha mengucapkan kata-kata.
” Apa salahnya jika saya seorang janda, bu?”
” Ibu mau tanya, kenapa Nak Amirah bisa bercerai?”
” Karena suami saya selingkuh.”
” Menjanda itu pilihan, kamu bisa mencari jalan yang lebih baik ketimbang memilih jalan berpisah.”
” Apa maksud ibu?”
Amirah merasa tidak faham dengan apa yang diucapkan oleh wanita paruh baya itu.
” Seorang suami berselingkuh karena salah si wanita itu sendiri. Mungkin wanita itu tidak pandai membawa diri di hadapan suami, tidak tahu cara berpenampilan, atau tidak melayani suami secara maksimal. Jika Nak Amirah sendiri sudah gagal membahagiakan suami terdahulu, bagaimana dengan anak saya nanti?”
Amirah kaget luar biasa mendengar ucapan wanita di depannya itu. Dia menggelengkan kepala, tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya.
” Saya tidak seperti itu, bu.Saya bercerai karena suami memang tak cinta lagi sama saya. Dia berkhianat!”
” Tidak, Nak Amirah! Jika kamu mampu membahagiakan suami kamu, dia tidak mungkin selingkuh dan kalian tidak akan bercerai. Nak Amirah sebagai wanitalah yang salah!”
” Kenapa ibu jadi menyalahkan saya…?” Amirah merasa tak terima jika disalahkan seperti itu.
” Coba lihat rumah tangga saya! Saya sudah berumah tangga hampir 30 tahun, tapi apa pernah suami saya berselingkuh? Tidak! Itu karena saya sebagai wanita pandai membahagiakan suami. Nak Amirah harusnya belajar dari Ivana. Dia wanita mapan, pandai, sukses dalam karir, dan modis dalam penampilan. Lelaki mana yang berani mengkhianatinya?”
Amirah tidak percaya, ternyata wanita terhormat seperti Ibunda Bayu pun punya fikiran picik seperti itu, bahkan tidak kalah piciknya dengan mereka yang selalu mencibir status jandanya.
” Ini untuk bekal perjalananmu. Ambilah! Bayu akan mengantarmu ke stasiun besok pagi. Cutinya masih lama, dia akan menemani Ivana berlibur.” Terlihat Ibunda Bayu mengeluarkan beberapa uang kertas. Tak lama setelah itu dia keluar dari kamar meninggalkan Amirah yang terluka.
Deru kereta di stasiun seolah tak henti-hentinya mengaduk-aduk bathin amirah yang menanah. Bayu mengantar Amirah disertai Ayahandanya.
” Amirah, jangan berkecil hati. Selesai cuti, aku akan kembali ke Mekarjaya. Tunggu aku di sana!”
Amirah mengangguk, riak bening di matanya perlahan tumpah. Amirah menangis di hadapan Bayu, kekasih terlarangnya.
” Kereta sudah datang, Nak Amirah.” Ayahanda Bayu memberi tahu.
Amirah kemudian berpamitan, dan kemudian lenyap bersama laju kereta.
Di dalam kereta murah itu Amirah duduk di samping wanita berumur lima puluh tahunan. Di depannya dua orang lelaki muda yang dari awal saling melempar guyonan tak bermutu.
” Duduk di kereta jika berdua sama cewek rasanya asyik ya!” Kata seorang pria yang duduk di dekat jendela.
” Haha…kau ini, wanita terus! Tapi emang bener, duduk sama cewe tuh asyik, kalau duduk sama kau…garing!” Timpal teman di sampingnya.
” Hah, aku garing? Kau sendiri basi!”
” Kau salah, yang basi tuh bukan aku! Tapi…janda!”
“Haha..” Ke dua lelaki itu tertawa terbahak-bahak. Salah satu di antaranya sampai memegangi perutnya.
Amirah yang duduk di depan ke dua lelaki itu merasa sangat muak melihat tingkah mereka. Ingin rasanya dia menjahit mulut mereka, menamparnya dan melemparkannya ke luar.
Amirah tak habis fikir, sehina dan serendah itukah seorang janda? Apa iya menjanda adalah sebuah kesalahan dan sebuah aib? Jika iya, berarti keputusannya untuk menjanda adalah sebuah kesalahan? Tidak, menjanda adalah pilihan terbaiknya, ketimbang mengkerangkeng hati dengan banyak pengkhianatan.
Jauh sudah kereta ini melewati perjalanannya. Amirah memejamkan mata, berusaha menghapus segala kedukaan yang telah dilewatinya. Amirah berharap agar kereta api ini segera melewati batas kota pahlawan, sebab setelah hari ini Amirah tak hendak kembali kesana, entah sampai kapan?
Dan tentang Bayu, dokter muda yang sedang memperjuangkan cintanya, biarlah menjadi bagian dari setiap do’anya. Apakah kelak Amirah dan Bayu akan berjodoh atau tidak, biar waktu yang akan menjawab.
- Pengalaman Membaca Cerpen Dunia
- Setangkai Rindu buat Ayah
- Hoax Anak Bungsu
Belum ada tanggapan.