Mengisahkan buku bukan pekerjaan gampang. Ia memerlukan kerja literasi yang serius. Urusan mengisahkan buku tak sekadar obrolan di pinggir-pinggir warung. Terlebih mengisahkan buku kepada publik pembaca melalui resensi. Resensi tak hanya ditulis sebagai sebuah catatan akan buku. Ia merupakan bagian dari cara pembaca mengapresiasi buku, mengkritik sekaligus menuntaskan kerja dan laku sebagai “pembaca”.
Pada resensi tak hanya bertumpah perasaan penulis bersama buku. Baik sedih, senang, terharu, marah, atau bahagia ketika membaca buku. Tak heran, buku ikut pula memberikan sentuhan emosionil bagi pembacanya. Kita bisa menilik bagaimana penulis resensi ikut merasakan bagaimana perasaan-perasaan pe-resensi ketika membaca buku di buku Usai : Membaca dan Menulis.
Kita bisa menyimak kalimat-kalimat bernada kemarahan di penutup resensi buku Pram dalam Bubu (2015) : “pertaruhannya kemudian adalah pada dua buku lanjutan yang direncanakan akan segera terbit. Apabila pelbagai kekurangan di atas kembali terjadi di buku berikutnya, risikonya, tentu saja pembaca bakal menganggap seri buku ini tak lebih sekadar proyek ambisius dari Soesilo, tanpa ada kemauan untuk mempersiapkannya secara matang dan serius”.
Kita mahfum, menjadi pembaca terkadang tak hanya terpaku pada satu buku. Pembaca buku bisa membandingkan, mengumpulkan buku-buku untuk memberi timbangan buku. Itulah yang dilakukan penulis resensi. Tak heran, ketika buku berada di tangan apresiator buku, ia bisa dipuji dengan pelbagai pertimbangan, atau diberi masukan dan kritikan.
Pada resensi lain misalnya, Wiwid juga menghadirkan kalimat-kalimat menyentil. Kritik dihadirkan sebagai wujud apresiasi. Mari kita simak petilan apresiasinya setelah membaca buku Lukisan Neraka dan Cerpen Pilihan Lainnya (2013) : “Dan sayang sekali buku ini luput menyajikan pengantar bagi pembaca. Paling tidak, memberi sedikit ulasan karya dan membicarakan sepintas sejarah psikologis Ryunosuke. Kehadiran pengantar memungkinkan bagi pembaca awam memasang “kuda-kuda” mental sebelum masuk ke dunia halusinasi dan imajinasi kontradiktif ala Ryunosuke”.
Resensi demi resensi memang telah dihadirkan ke publik pembaca. Resensi terbit melalui koran, majalah atau blog. Penulis telah menuntaskan kerja kepenulisannya sebagai apresiator buku. Resensi dianggap tak cukup, melalui penerbitan buku, penulis memiliki niatan meniti jalan literasi sebagai apresiator buku.
Sebagai buku yang mendokumentasikan resensi buku, buku ini mengundang kita untuk tak berhenti menjadi pembaca buku. Ia seperti menyiratkan pesan bahwa kerja literasi seperti kerja tak usai. Berbagai buku-buku yang dibaca penulis pun dihadirkan di buku ini.
Resensi sebagaimana Bandung Mawardi dalam pengantar di buku ini merupakan kerja mendua, merangsang kita untuk menjadi pembaca buku, atau sebaliknya menggagalkan kita menjadi pembaca buku karena sudah merasa cukup membaca resensi.
Sebagaimana buku-buku yang pernah diulas penulis yang didokumentasikan penulis di buku ini, buku ini tak luput dari kekurangan. Penulis tak menyertakan cover buku, serta catatan tentang judul buku yang diresensi secara utuh ke dalam daftar pustaka. Bagi pembaca yang sudah melahap banyak buku, tentu ini tak menjadi masalah. Yang jadi soal ketika buku ini bertemu kepada pembaca yang kebetulan belum membaca buku yang diresensi penulis. Tentu saja hal ini akan sedikit membingungkan pembaca.
Sebagai buku kumpulan resensi, tentu saja buku ini akan mengundang dan membuat pembaca menelusuri lebih lanjut, menaruh curiga, menaruh wasangka dari pembaca untuk menelusuri jejak-jejak buku yang ditulis penulis. Buku ini bisa juga dijadikan bibliografi untuk melacak jejak selera buku penulis dan cara penulis mengajukan kritik dan apresiasi.
Melalui buku ini, kita diajak untuk merasa yakin dan mampu menaklukkan buku. Buku ini mengajak kita untuk menjadi pembaca yang optimis sembari terus bergairah membaca buku. Melalui kerja membaca buku, mengapresiasi buku, maka lahirlah buku ini. Buku ini telah mengisahkan buku-buku yang dibaca penulis. Kini tinggal giliran pembaca semua mau bersepakat dengan kritik dan apresiasi yang dihadirkan penulis, atau sebaliknya memberikan sanggahan atau penilaian yang berbeda dari penulis.
*) Penulis adalah Pengasuh MIM PK Kartasura, belajar di Bilik Literasi SOLO
Belum ada tanggapan.