dilema-tukang-ojeg

Dilema

Hidup terasa sangat sulit. Terutama untuk kelompok ekonomi lemah. Dia sedang menunggu pelanggan di pasar. Tidak banyak orang berlalu-lalang seperti biasa. Berharap mendapat 50 ribu rupiah per hari adalah usaha keras. Karena Penumpang tidak pernah datang. Eman sebagai tukang ojeg pangkalan, harus terus berjuang untuk biaya hidup keluarga. Dia sangat ingin menjadi ojeg online, tapi apa daya, harga android yang diusahakan harus bersaing dengan kebutuhan pokok isi perut, sehingga barang tersebut tidak pernah mampu ia dapatkan. Meskipun pemerintah telah membuat kebijakan agar masyarakat tinggal di rumah (bekerja dari rumah); menjaga jarak komunikasi, untuk mengurangi penyebaran Coronavirus. Tapi, untuk membiayai kehidupan istri dan empat anaknya, itu jelas tidak bisa dilakukan dengan tinggal di rumah.

Pekan lalu, Eman pernah memutuskan untuk mengikuti semua kebijakan pemerintah tentang tinggal di rumah. Dia mencoba mengajukan pinjaman modal kepada saudaranya. Jumlah pinjamannya tidak besar, hanya 10 juta rupiah untuk modal awal bisnis online. Tapi, saudaranya tidak memberikan pinjaman, padahal ia orang kaya-juragan tanah.

Hari ini, Eman hanya mendapat 30 ribu rupiah dari hasil usahanya. Eman hanya bisa melamun. Duduk di kursi di halaman. Memikirkan cara untuk bertahan hidup di tengah ancaman virus dan ekonomi.

Bisikan iblis akhirnya memasuki hati dan pikiran Eman. Merampok, menjadi jalan keluar baginya. Dia berencana untuk merampok rumah saudaranya yang kaya nanti malam.

Tepat tengah malam, Eman melakukan aksi. Dia berjalan dalam keheningan malam. Menuju rumah saudaranya yang berjarak 500 meter. Hujan yang cukup besar ditambah angin yang terus berhembus, membuat penghuni tidur nyenyak. Eman telah tiba di depan rumah target operasi. Dia mengamati situasi sekitar, lalu memakai topeng. Dinding tinggi dan pagar besi setinggi 3,5 meter menjadi tantangan pertama. Dia mencoba memanjat dengan melemparkan tali ke pagar besi. Tindakan yang berbahaya. Ujung pagar besi sangat runcing. Ketika sampai di pagar. Dia mencoba mengambil napas. Tiba-tiba, suara seekor anjing menggonggong dan berlari ke arahnya. Eman sangat terkejut. Dia mencoba melompat. Namun sayangnya, ia terpeleset terjerat oleh tali yang belum tergulung. Tubuhnya jatuh di atas pagar besi yang tajam. Dia meninggal.

Surti langsung menjerit dan pingsan saat mendengar kabar suami di pagi hari. Di tengah kerumunan tetangga yang iba, masih ada juga yang berbisik,beradu gosip tentang almarhum Eman.

Ujang, sebagai saudara sekaligus calon target korban tadi malam. Memberikan penjelasan kepada hampir setiap orang, bagaikan artis yang tersandung skandal, dia berusaha melakukan klarifikasi. Bahkan, setelah Surti siuman, Ujang memberikan amplop dengan bisikan yang dikeraskan, “ini, ada uang 10 juta sebagai tanda bela sungkawa saya”.

Dalam keadaan duka, Surti tidak menghiraukan lagi uang yang diberikan ujang. Dia hanya memasukan amplop tersebut ke dalam baskom, bercampur dengan tumpukan amplop tipis dari tetangga dan rekan kerja almarhum.

“Surti ! itu 10 jutanya kau simpan baik-baik, nanti dicuri orang lho!” teriak ujang kepada surti yang dipapah anaknya menuju kamar.

Mendengar teriakan Ujang, sontak kerumunan orang di rumah almarhum bubar satu per satu. Jelas mereka kesal, tersinggung, dan takut jadi tersangka atas ucapan Sijuragan tanah tersebut.

Nasib tragis Eman. Apa penyebabnya? Virus corona? Ekonomi lemah? atau mungkin sikap sosial yang telah hilang antara saudara kandung dan sesama manusia? Saya tidak tahu.

, , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan