Engkau sudah menyiapkan batin untuk pergi ke gereja mengikuti jalan salib pada Jumat sore ini. Dengan berpakaian rapi, menggunakan kemeja kotak-kotak berwarna merah dipadukan dengan dengan celana jeans dan sepatu ventofel engkau kini benar-benar nampak tampan untuk pergi ke gereja. Tak lupa buku yubilate engkau pikul dalam tanganmu.
Dengan pasti keinginan batinmu bergejolak agar engkau harus pergi ke gereja. Sudah lama engkau meninggalkan Tuhan. Sudah lama engkau terlalu bergulat dengan urusan duniawi sehingga engkau melupakan Tuhan yang adalah penciptamu. Sekarang engkau sadar untuk kembali kepada Tuhan layaknya anak hilang yang diketemukan kembali. Meskipun dibalik semua itu, ada maksud terselubung yang engkau bungkus dalam semangatmu sucimu pergi ke gerja sore ini. Engkau berharap Tuhan mau membantumu menyelesaikan prahara keluargamu yang begitu banyak.
Dengan motor mio soul milikmu engkau meluncur dengan pasti ke gereja paroki. Engkau ingin memuaskan dahaga rohanimu untuk turut berduka cita bersama maria dan Yesus dalam jalan salib itu. Engkau merasa amat mencintai Yesus yang menderita demi dirimu maka dengan hati yang terpukul oleh deritamu, engkau ke gereja untuk merenungkan jalan salib hina.
Sampai di gereja parokimu engkau duduk di bangku deretan tengah lalu berlutut dengan khusuk berdoa memohon rahmat Tuhan untuk melaksanakan jalan salib ini dengan baik. Jalan salib dimulai.
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus…
Pemimpin jalan salib mulai memimpin doa pembukaan dan berarak bersama misdinar ke perhentian pertama. Perhentian pertama, Yesus dihukum mati. Kami menyembah sujud dikau ya Tuhan… Engkau berlutut, tunduk dan merasa diri berdosa di hadapan Tuhan. Sebab dengan salib suciMu… Pemimpin jalan salib mulai membacakan doa. Engkau diam merenungkan betapa Yesus yang adalah Allah rela meninggalkan segalanya demi menebus manusia. Ia harus menderita sengsara dan dihukum dengan hukum yang tidak benar. Betapa banyak orang di luar sana yang menderita karena hukum yang tidak benar. Engkau menepuk dadamu dan merasa bahwa engkau pernah menghukum orang dengan tidak benar. Aku berdosa Tuhan.
Perhentian kedua…
(Diam dalam sunyi)
Perhentian ketiga…
(Diam dalam sunyi)
Perhentian Keempat, Yesus bertemu dengan ibu-Nya. Kami menyembah… Sebab dengan salib suciMu… Engkau kembali tertunduk lesu menyaksikan pertemuan dua pribadi yang sedang menderita duka nestapa. Yesus dan ibuNya. Engkau sadar bahwa penderitaan itu memang berat. Yesus dan Maria rela menanggung derita mereka demi penebusan dosa. Engkau memukul dadamu tiga kali tanda engkau betul-betul merendah diri di hadapan Tuhan. Aku sering lari dari salibku ya Tuhan dan mempersalahkan orang lain atas ketidakmampuanku.
Perhentian kelima, Yesus ditolong Simon dari Kirene. Kami menyembah… Sebab dengan salib suciMu… Kini kelopak matamu mulai berair. Air mata kesedihan dan sesal mulai menetes dari matamu. Betapa sering engkau menolak untuk membantu orang lain yang bersusah diluar sana. Betapa banyak orang yang semestinya engkau tolong tapi engkau abaikan. Engkau memukul dadamu lagi. Aku lalai ya Tuhan.
Perhentian keenam, Wajah Yesus diusapi oleh Veronika. Kami menyembah… Sebab dengan salib suciMu… Kini tiba di perhentian kelima. Engkau mulai mengangkat wajah lalu kau tatap salib Yesus yang terpasang di atas panti imam. Engkau tatap dalam-dalam sosok itu. Betapa derita yang Ia pikul hanya untuk menebus dosa. Sanggupkah engkau menanggung beban yang berat seperti itu? Ataukah engkau hanya sering mengeluh. Keringat kini mulai meluncur deras dari kepalamu. Bayang-bayang wajah isterimu muncul kembali. Wajah yang dulu engkau kasihi tapi kini seringkali menjadi tempatmu melampiaskan emosi. Cinta yang dulu engkau rawat bersama isterimu kini berubah menjadi amarah. Engkau sadar akan kelemahanmu, lalu kau pukul dadamu lagi. Aku menyesal ya Tuhan.
Perhentian ketujuh…
Perhentian kedelapan…
Perhentian kesembilan, Yesus jatuh ketiga kalinya. Kami menyembah… Sebab dengan salib sucimu… Kini engkau tahu bahwa raga Yesus waktu itu sudah capai. Sesungguhnya Ia tak sanggup lagi berjalan menyusuri jalan nestapa ini menuju puncak keselamatan. Raga yang fana itu kini mulai koyak oleh penghakiman dunia yang keji. Kekuatan Yesus sudah habis dikuras algojo-algojo bengis yang terus menghujam dirinya dengan pukulan. Begitu besar derita yang Yesus pikul demi menebus dosa. Engkau menundukkan kepala lalu berkata. Aku berdosa terhadapMu Tuhan. Ampunilah aku.
Perhentian kesepuluh…
Perhentian kesebelas…
Perhentian keduabelas, Yesus wafat di kayu salib. Kami menyembah sujud… Sebab dengan salib… Kini Yesus sudah ditinggikan. Selesai sudah segala perjuangan yang Ia rajut dari bawah hingga kini Ia meninggi di atas salib. Kali ini air mata yang engkau bendung tak bisa engkau tahan lagi. Engkau menangis dalam diam sambil tertunduk. Isak tangismu terdengar oleh beberapa umat yang berada di dekatmu, hanya saja engkau abaikan. Engkau tak ingin menyembunyikan lagi segala kesalahan dan dosamu. Yesus sudah menebus dosamu dengan wafat di salib. Dalam isak tangismu tergambar pula kegembiraan batin bahwa engkau sudah dibebaskan dari dosa oleh penderitaan Yesus. Engkau sudah menjadi manusia baru. Engkau mengucap syukur sambil membuat tanda salib. Terimakasih untuk pengampunanMu Tuhan.
Perhentian ketigabelas…
Perhentian keempatbelas…
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin. Engkau keluar dari gereja paroki dengan hati yang tenang sambil memamerkan senyum indah di wajahmu. Batinmu kini tidak menyimpan ketakutan lagi karena darah Yesus disalib telah membersihkan hatimu dari segala macam dosa busuk. Kini engkau ingin pulang kerumah sebagai manusia baru dan menjalani hidup baru pula bersama keluargamu.
Dalam perjalanan pulang engkau melihat seorang gila sedang duduk dengan muka kasihan dan kelihatan kelaparan di sebuah deker dekat gang masuk kompleks rumahmu. Dia hampir mati kelaparan rupanya. Namun tak engkau hiraukan. Bagimu dia itu parasit masyarakat. Tak perlu dikasihani. Biarkan dia mati saja supaya berkuranglah satu parasit. Bikin kotor jalanan saja. Begitu katamu dalam hati.
Sampai di rumah, perutmu terasa menendang-nendang. Laparlah engkau karena begitu khusuk berdoa di paroki tadi. Kau hampiri meja makan tapi hanya kekosongan yang engkau dapatkan. Murkalah dirimu. Kau panggil isterimu dan kau tanyai mengapa tidak ada makanan. Lalu isterimu menjawab tidak ada uang untuk membeli makanan. Semua uang yang dia simpan sudah kau ambil untuk bermain judi. Lalu tamparan keras kauberikan untuk isterimu. Dasar isteri tidak becus. Hanya tahu mengeluh saja. Lalu inikah semua penyesalan yang engkau tumpahkan tadi waktu jalan salib itu? Inikah arti jalan salib yang kau bawa keluar setelah sesal hati yang begitu bertubi-tubi dalam gereja? Masihkah batinmu tenang lagi?
Catatan:
*Cerpen ini ditulis dari perspektif penulis sebagai seorang Katolik yang merenungkan makna jalan salib. Jika pembaca ada dari kalangan non Kristen, maka bacalah cerpen ini sebagai bacaan. Jangan mengkonfrontasikan dengan agama anda. Karena melihat orang lain dari kacamata yang berbeda sesungguhnya anda tidak akan pernah menemukan kebenaran.
Belum ada tanggapan.