Hari itu, tanggal 2 Oktober 1869, lahirlah seorang anak bernama Mohandas Karamchand Gandhi. Masa kecil Karamchand tak selalu mulus. Ia mengalami kesulitan belajar berkali-kali. Ia susah dalam berhitung, ia juga susah sekali dalam berteman. Ia pemalu, dan tak pernah bermain sama teman-temannya, badannya kurus, lemah dan kecil. Semenjak kecil ia sudah menemukan makna keberanian. Pernah suatu kali, ia ingin mati tanpa rasa sakit. Ia memakan buah dhatura. Ketika ia ingin bunuh diri di depan kuil bersama keluarganya, ia pun bersama temannya ketakutan. Tapi Gandhi meski ketakutan akhirnya memakan buah dhatura. Ia berkata : “aku memakannya karena aku punya harga diri”.
Umur tiga belas tahun, 1882 ia menikah dengan Kasturbai. Ia mengatakan dalam tulisannya “perkawinan anak-anak merupakan adat istiadat yang paling kejam” di India. Gandhi kecil adalah orang yang konsisten. Ia marah ketika temannya menghinanya karena tak makan daging. Sampai akhirnya ia pun sembunyi-sembunyi makan daging kambing bersama temannya. Tapi setelah itu, Gandhi bermimpi dikejar kambing yang dimakannya. Semenjak itu ia tak berani makan daging lagi.
Lulus SMA, ayahnya meninggal tahun 1885. Setelah rapat keluarga, Mahatma Gandhi memutuskan untuk melanjutkan di London University. Saat keberangkatannya itulah, lahir anak pertamanya Harilal. Gandhi adalah orang yang memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Meski ia telah meniru intelek Eropa, akan tetapi ia tak pernah melanggar janji ibunya. Ia telah menentang godaan dengan penuh kesadaran (h.18).
Setelah menyelesaikan studinya di bidang hukum, ia kembali ke India. Saat itulah, ia tahu ibunya telah tiada. Semula ia mencoba peruntungan di Bombay, tapi keberuntungan belum berfihak padanya. Sampai ada tawaran dari temannya untuk menjadi pengacara di sebuah firma di Afrika selama setahun.
Waktu itu nasib orang india di Afrika memang sangat buruk. Bila kehadiran seorang India tak disukai oleh orang kulit putih, maka orang India ini tak boleh tidak harus keluar dan pergi. Dimanapun mereka berada, di kereta api, bis, tempat hiburan atau restoran (h.23). Di Afrika inilah, ia akhirnya menemukan konsep-konsep perjuangannya. Ia dikenal sebagai pencetus Satyagraha yakni pengendalian diri untuk mempertahankan kebenaran dengan berlandaskan kekuatan jiwa.
Perjuangannya pun berhasil dalam memperjuangkan hak dan persamaan warga India di Afrika. Di Afrika ia disambut bak pahlawan. Dan ia kembali ke India tahun 1915. Sepulang dari Afrika, ia mendapat julukan dari Tagore Mahatma artinya Manusia Hindu Yang Sempurna.
Perjuangannya tak berhenti sampai disini ketika melihat kekejaman Inggris di India. Ia pun mencanangkan gerakan swadesi. Swadesi diartikan sebagai memenuhi kebutuhan sendiri tanpa memakai produk luar. Ketika pawai, barisan belakang pengikutnya diserang dan dibunuh. Pengikutnya pun marah, sampai akhirnya 22 orang polisi mati. Oleh sebab itu, ia pun marah. Ia ingin perjuangannya tanpa kekerasan. Ia mengatakan : “india harus menunggu sambil belajar dari Inggris. Aku tak seruju kekerasan, karena kekerasan berakibat buruk”(h.41).
Karena dituduh pemerintah melancarkan pemberontakan, akhirnya Gandhi dipenjara enam tahun. Namun, ketika 22 bulan ia dibebaskan karena kesehatannya menurun. Ketika keluar dari penjara januari 1924, Gandhi melihat orang-orang semakin menurun dan melemah semangatnya dalam berjuang. Ketika terjadi percekcokan dan persengketaan antara Hindu dan Islam, ia menjalani puasa persaudaraan. Ia berkata ;”Persatuan Hindu-Islam adalah mungkin,aku akan mulai merintisnya. Untuk ini aku akan berpuasa sampai mati!”(h.42).
Sikapnya yang konsisten dan teguh pada pendirian, membuatnya dipuja layaknya dewa. Ada yang bilang konon ia titisan Wisnu yang turun ke bumi. Namun Gandhi tak mau. Ketika ada persoalan orang Harijan, yang dianggap sebagai kaum kasta terendah. Mereka bahkan dilarang makan bersama dengan kaum India dari kasta lainnya. Untuk itu, ia pun berpuasa kembali. Sampai kaum Harijan ini diterima sama seperti manusia lainnya. dan ia pun berhasil.
Di tahun-tahun menjelang kematiannya, 1942, Inggris terancam serangan dari Jepang. Ia ditangkap sebagai biang kerusuhan kecil oleh Raja Muda Lord Linlithgow. Ia pun berpuasa untuk membuktikan dirinya tidak bersalah. 13 januari 1948 Gandhi berpuasa untuk persatuan umat Islam dan Hindu. Setelah umat islam mendirikan Pakistan, ia berpuasa menuntut orang Hindu membayar kerugian kepada Pakistan. Akhirnya, ia pun memenangkan kembali puasanya. Setelah selesai puasanya, ia berpidato di depan ribuan umat islam dan hindu. 30 Januari 1948, Gandhi benar-benar meninggal dunia.
Buku karya Ansorie ini menambah wacana tentang pergulatan dan perjuangan Mohandas Karamchand Gandhi melawan imperialisme dan kekerasan yang dilakukan oleh kolonialisme dan rasisme. Semasa di Afrika misalnya, meski mengalami perlakuan tak mengenakkan mengenai ras indianya, ia tetap memperjuangkan haknya sebagai orang India tanpa harus dengan kekerasan. Begitu pula saat ia memperjuangkan kemerdekaan India. Ia pun menjalani perjuangannya tanpa kekerasan. Bocah yang dulunya susah berbicara, pemalu dan lemah ini telah membuktikan perjuangannya sebagai orang kuat, berani, dan tahan terhadap tempaan zaman. Gandhi mewarisi kebajikan, kebenaran dan cinta kasih.
Buku Ansorie yang diterbitkan oleh Balai Pustaka di tahun 1983 ini tentu saja melengkapi biografi Mahatma Gandhi yang pernah saya baca sebelumnya. Gandhi juga menulis otobiografinya yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris bertajuk “All Men Are brothers”. Buku Biografi Gandhi juga pernah ditulis oleh Eknath Easwaran (2013) berjudul Gandhi The Man. Gandhi, ia istimewa karena berani mengubah dirinya dan juga menginspirasi semua orang untuk mengubah dunia. Cara Gandhi justru berjuang yang mengarah pada diri. Puasa, adalah cara Gandhi untuk berjuang melawan keangkuhan, kesombongan, dan melawan tirani yang ada dalam diri kita.
*) Pengelola doeniaboekoe.blogspot.com, tuan rumah Pondok Filsafat Solo
Belum ada tanggapan.