Dunia remaja seringkali disebut sebagai dunia yang labil. Dalam masa labil itu, remaja sering tak menyadari apa yang sebenarnya sedang mereka perbuat. Remaja, selalu penuh dengan keingintahuan, penuh dengan pencarian. Karena itu, remaja seringkali memiliki variasi gaya, mode, dan juga mengalami identifikasi sesuai dengan karakter atau tokoh yang mereka idolakan. Dunia remaja bukanlah dunia yang tenang dan bisa selalu diatasi secara pribadi. Remaja membutuhkan kelompok, komunitas dan juga orang lain untuk mengatasi berbagai persoalan atau sekadar berbagi kebahagiaan. Pada masa remaja pula, stress rentan sekali terjadi.
Menurut penulis buku ini, stress merupakan salah satu gejala yang paling sering dialami oleh remaja. Menurutnya, ada beberapa indikasi yang bisa diidentikkan sebagai gejala stress. Diantaranya adalah dada terasa sesak, merasa sulit bernafas, sering mengalami sakit kepala, susah tidur, selalu diliputi pikiran negative, kehilangan nafsu makan, gelisah dan susah berkonsentrasi (h.19).
Gejala-gejala stress ini tentu saja sering kita alami atau pernah kita alami saat kita masih remaja. Ketika mengatasi gejala stress ini, sangat sulit bagi kita untuk menyelesaikan “stress” sendiri. Gejala stress tadi bisa ditengarai disebabkan dua hal penting yakni persoalan kehidupan dan keadaan otak. Persoalan kehidupan remaja ini bisa berupa persoalan ujian, tekanan dari teman, perubahan bentuk tubuh, pengetahuan tentang dunia yang lebih luas, takut akan masa depan, sosial media, hingga perubahan hormon. Sedangkan keadaan otak bisa berupa kesulitan mengendalikan emosi, mengambil resiko buruk, malu, gangguan tidur, dan depresi. Semua gejala ini mengakibatkan stress pada diri remaja.
Buku ini memberikan pandangan dan kasus-kasus stress pada remaja dan cara mengatasinya. Menurut penulis, remaja tidak bisa mengatasi stress secara sendirian, remaja memerlukan guru pendamping (konseling), sahabat, orangtua, atau seseorang yang bisa dipercayai sebagai tempat untuk berbagi dan memberikan solusi bagi masalahnya. Selain mudah dipahami dengan bahasa yang lugas, buku ini memberikan gambaran dan deskripsi utuh mengenai gejala stress yang dialami remaja dan saran untuk mengatasinya. Tentu saja sebagai seorang remaja, mereka mengalami berbagai persoalan tak hanya persoalan pribadi tetapi juga persoalan yang berhubungan dengan keluarga, teman dan juga lingkungan pendidikan mereka.
Perasaan dan gejala stress bisa dilihat tatkala remaja mengalami perasaan gelisah, berkeringat, malu, atua bahkan marah. Ekspresi ini bisa membuat efek negatif bagi remaja. Tak hanya penilaian dari teman yang kemudian berubah, tetapi juga efek terhadap kepercayaan diri remaja. Apalagi di era sekarang, media sosial ikut mempengaruhi dan menjadi sebab mengapa remaja stress. Dari media sosial seringkali kita dipancing untuk marah, kesal atau benci terhadap teman, lingkungan atau sesuatu yang kadang kita tidak tahu secara persis apa. Karena media sosial, kadang kita jadi lekat dan tak bisa dilepaskan hingga perasaan atau emosional kita tak terkendalikan.
Pada buku ini penulis Nicola Morgan memberikan kutipan dari seorang penulis Liz Kessler : “belajarlah melakukan meditasi. Selain itu; jika kamu merasa tertekan atau marah atau gelisah, pusatkan perhatian pada napasmu, terimalah apa yang saat ini kamu rasakan dan percayalah bahwa baik masalah yang membuatmu stress maupun reaksi fisik atau emosimu itu tidak ada yang tidak akan berakhir”. Selain meditasi, Nicola menyarankan kita untuk melakukan olahraga, berada di alam terbuka, menyalurkan hobi kita, makan makanan kesukaan dan melakukan terapi bila sudah terjangkit gejala stress.
Buku ini bukan untuk meniadakan stress atau menghilangkan stress, sebab menurut penulis, stress adalah gejala yang wajar dan biasa dialami remaja. Tetapi buku ini mencoba untuk mengendalikan, dan mengatasinya. Stress bukanlah sesuatu yang tak bisa diatasi, hanya saja cara mengatasi yang salah bisa membuat “stress” semakin parah. Kita bisa melihat bahwa remaja kita seringkali melampiaskan stress mereka kepada hal-hal negatif seperti merokok, seks bebas sampai pada narkoba. Meski tampak dengan bahasa dan saran yang mungkin klise, tetapi buku ini cukup memberikan deskripsi utuh mengenai cara mengatasi dan mengendalikan stress. Tentu saja, buku ini tak berfungsi apa-apa kalau kita tidak mempraktekkannya. Meski kelihatan sepele, gejala stress tak bisa dibiarkan kalau tidak mau bertambah menjadi depresi sampai kepada gangguan kejiwaan. Karena itulah, buku ini penting bagi remaja sebagai gambaran mengenai stress dan cara mengendalikannya.
Belum ada tanggapan.