”Tak ada lagi kata yang bisa dihayati, di sebuah tempat tanpa melihat jam dinding”
(Afrizal Malna, 2009 dalam puisinya Cucian Kotor Suatu Pagi)
Membincangkan teknologi, saat ini selalu berkaitan dengan pembuatnya yakni manusia. Teknologi yang dicipta manusia lambat laun menciptakan kebudayaan yang baru dengan berbagai perangkatnya. Kebudayaan itulah yang membentuk pola perilaku manusia mengalami perubahan. Perubahan ini tentu bisa diartikan dengan berbagai sudut, baik perubahan yang bersifat progress, atau justru perubahan yang membawa pada krisis.
Kehadiran teknologi semula memang diniatkan untuk membantu kerja-kerja manusia untuk memudahkan manusia dalam melakukan sesuatu. Dengan teknologi itu pula manusia mencapai efisiensi, kemudahan, kecepatan. Teknologi pun berkembang tidak hanya sekadar alat atau perkakas, ia kini berubah menjadi status social. Barang-barang teknologi yang kini dimiliki oleh orang kelas menengah tentu berbeda dengan yang kelas miskin misalnya. Televisi, mobil, kulkas, maupun perabot rumah tangga yang semula tidak membentuk kelas sosial, kini barang-barang itu menunjukkan kelas social dalam masyarakat kita. Sebagaimana yang dikatakan oleh Heidegger dalam The Question Concerning Technology (1977) : “Teknologi dengan demikian, bukan sekadar peralatan. Teknologi adalah suatu cara penyingkapan. Jika kita memberikan perhatian padanya, maka segala ranah lain melalui esensi teknologi akan membuka diri ke hadapan kita”.
Teknologi dan realitas
Bila dahulu, manusia melihat fenomena dan menyaksikan realitas dengan menggunakan perantara tubuh itu sendiri, maka di era teknologi saat ini, manusia melihat, merasakan, dan menafsirkan fenomena menggunakan teknologi sebagai perantaranya. Melalui bukunya Dunia Pasca Manusia ini, Budi Hartanto membedah bagaimana relasi kemenubuhan manusia dan teknologi melalui pemikiran Don Ihde yang menyatakan bahwa teknologi tak hanya menyingkap realitas, tapi juga karena fungsinya ia juga merekonstruksi realitas (hal.18).
Realitas yang direkonstruksikan itulah yang sebagaimana dikatakan oleh Heidegger membuka kebenaran. Bila dalam sejarah sains kita pernah mengenal Galileo Galilei yang melalui teropongnya mengubah persepsi yang dinyatakan oleh orang bahwa bumi itu datar. Dengan teknologi pula manusia mengembangkan kajian-kajiannya tentang ruang angkasa, benda-benda luar angkasa, hingga gejala-gejalanya yang memiliki tautan dengan bumi. Maka hadirnya teknologi membantu kerja-kerja manusia dalam wilayah sains maupun kesehariannya.
Persoalan teknologi dalam filsafat teknologi memang memiliki banyak makna dari dulu. Tidak kalah ketinggalan Mohammad Hatta pun mendedah bagaimana teknik itu mempengaruhi rasionalitas manusia dalam berbagai hal dalam bukunya Rasionalisasi. Ia membagi rasionalisasi dalam tiga hal : rasionalisasi tehnik, rasionalisasi pekerjaan, dan rasionalisasi organisasi. Ketiganya saling berkaitan dan berhubungan dengan filsafat teknologi. Salah satunya adalah rasionalisasi tehnik mempengaruhi manusia dalam pembagian pekerjaan sampai menimbulkan normalisasi dan standarisasi (Hatta, 1950:29)
Ada baiknya kita renungkan perihal hubungan teknologi dengan realitas sebagaimana ungkapan Bambang Sugiharto : “Sains dibentuk oleh teknologi dan budaya; teknologi dibentuk oleh budaya, masing-masing saling membentuk dan dibentuk oleh yang lainnya“.
Krisis teknologi
Dalam buku ini kita akan menemukan perbincangan tentang nuklir, hingga problem transfer pengetahuan praktis melalui E-learning. Dua tulisan ini barangkali menjelaskan teknologi akan memiliki signifikansi tak hanya pada persoalan teknis semata, tapi juga akan bersinggungan dengan persoalan politis maupun persoalan kebijakan. Sebut saja nuklir, problem nuklir selalu saja berkaitan dengan pertahanan, ancaman, dan serangan. Termasuk dengan problem penerapan E-learning yang tak bisa begitu saja dijalankan tanpa adanya kebijakan, maupun proses transfer pengetahuan itu sendiri. Tema nuklir dan tema e-learning barangkali merupakan tema yang masih jauh dari kehidupan kita, meski sekarang mulai marak diperbincangkan kembali.
Bila kita melihat perkembangan teknologi saat ini, teknologi cenderung hanya untuk memenuhi ekstase manusia semata. Hadirnya teknologi saat ini lebih didominasi bagaimana kapitalisme bermain di baliknya. Teknologi berubah menjadi menjerat manusia, yang sebelumnya inheren, dan membantu kehidupan manusia. Sebut saja menjamurnya taman hiburan dan water-boom yang hadir di kota-kota besar. Kehadiran proyek taman hiburan dan arena bermain anak saat ini cenderung artificial dan menghilangkan konsepsi taman bermain yang alami. Selain itu, hadirnya arena bermain dan taman buatan itu tak lebih dari konsepsi kapitalis sebagai sarana kota untuk menggapai keuntungan yang materialistis.
Krisis teknologi pun bisa dilihat pada bagaimana anak-anak kita begitu kecanduan dan gandrung terhadap video-game, hape, hingga play-station. Bisnis internet pun akan sangat menguntungkan bila dibuka di desa-desa. Selain akan lebih banyak laku, anak-anak biasanya akan sangat betah berjam-jam khusyuk di depan warnet. Aktifitas mereka tak lain kalau tidak main game, download musik, atau cuma membuka situs sosial fb, atau twitter semata. Aneka permainan dan hiburan di internet tadi selain menghilangkan relasi social anak, juga menghilangkan aneka permainan tradisional yang sarat dengan nilai-nilai cultural.
Buku Budi hartanto Dunia-Pasca manusia ini penting dihadirkan kembali untuk mendalami kembali dan merenungkan kembali seberapa jauh teknologi semakin memanusiakan kita atau sebaliknya membuat kita menjadi nir-manusia sebagaimana yang diucapkan oleh Lyotard. Ini selaras dengan pertanyaan akhir penulis sendiri dalam bukunya yang sebenarnya patut kita renungkan bersama : “Manusia mempunyai kecenderungan untuk berhubungan dengan objek-objek (mesin) yang dibuatnya. Relasi manusia dengan mesin pun lantas menempatkan relasi antar manusia sebagai subjek yang bertubuh sekunder. Konsekuensinya, relasi manusia dan mesin telah menjadikan manusia sebagai objek-objek belaka (hal.131)
*)Penulis adalah Pegiat di Bilik Literasi Solo, Pengelola doeniaboekoe.blogspot.com
Belum ada tanggapan.