kisah-cinta-soekarno-yang-tersembunyi-dengan-heldy-djafar

Kisah Cinta Soekarno yang Tersembunyi dengan Heldy Djafar

Siapakah Heldy Djafar? Benarkah ia istri terakhir Bung Karno?  Sepintas lalu, jawaban pertanyaan tersebut dapat kita baca pada buku Heldy -Cinta Terakhir Bung Karno. Ia menjadi istri ke sembilan Soekarno, setelah Siti Oetari Tjokroaminoto, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Ratna Sari Dewi, Haryatie, Kartini Manoppo dan Yurike Sanger. Dalam buku Heldy -Cinta Terakhir Bung Karno, pembaca akan merasakan kisah cinta Soekarno yang tersembunyi.

Heldy Djafar dilahirkan di Tenggarong, Kutai Kertanegara tanggal 10 Agustus 1947 dari pasangan H. Djafar dan Hj. Hamiah. Ia merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara. Heldy menjadi bagian dari diri Bung Karno pada tanggal 11 Juni 1966. Dalam buku Heldy Cinta Terakhir Bung karno, Heldy resmi dinikahkan secara islam di Wisma Negara.

kisah-cinta-soekarno-dengan-heldy-djafarBanyak orang meragukan keabsahan status pernikahan mereka itu. Selain bahwa karena usia Soekarno dan Heldy terpaut 47 tahun, pernikahan itu terjadi di tengah-tengah situasi negara yang sedang genting dengan terbunuhnya para Jenderal TNI. Selain itu, dalam waktu yang nyaris bersamaan, Soekarno juga punya istri lain: Yurike Sanger. Heldy dan Yurike saling berteman satu sama lain sebab keduanya adalah anggota barisan Bhineka Tunggal Ika, semacam kelompok anak muda  dari berbagai suku di Indonesia yang diundang tampil di Istana Negara pada tahun 1964 untuk menyambut kemenangan tim Piala Thomas. Situasi yang meliputi pemerintahan Soekarno pada saat itu tampaknya menjadi dasar kesimpulan banyak orang yang menganggap cerita Heldy hanya omong kosong, Heldy tidak lebih dari perempuan simpanan Soekarno. Tentu sebagian besar orang, terutama para pengagum Soekarno, ingin mendapatkan penjelasan yang lebih menyeluruh mengenai hal-hal yang terkait dengan Soekarno meskipun barangkali hanya hal sepele.

Disebutkan dalam buku, Bung Karno menikahi Heldy Djafar dengan disaksikan Ketua Dewan Pertimbangan Agung Idham Chalid, Erham Djafar selaku wali dan Menteri Agama KH. Saifuddin Zuhri. Surat nikah tertulis yang ditandatangani oleh saksi dan wali dipegang oleh Idham Chalid. Heldy tak sempat memintanya, tapi jelas ia sah menikah dan sebagai istri Bung Karno karena saksi lain, Menteri Agama, jelas-jelas mengatakan: Ya Yang Mulia sah pernikahan ini.

Dengan menggunakan sudut pandang orang ke tiga, buku ini menceritakan kehidupan Heldy semenjak kanak-kanak hingga masa tuanya. Setapak demi setapak kehidupan Heldy, mulai dari masa sekolah di kampung, perkenalan dengan Bung Karno, melanjutkan sekolah di Jakarta, menjadi istri Soekarno hingga pernikahannya dengan pangeran dari kalimantan dan menjadi  mertua cucu Soeharto, dikisahkan dengan ringan oleh penulisnya. Secara garis besar buku ini menceritakan kehidupan Heldy dan pembaca seperti disuguhi semacam roman sejarah. Pernikahan Heldy dengan Soekarno menjadi penyedap yang memikat pembaca.

memo-Soekarno-untuk-Heldy-djafar

Salah satu memo Soekarno untuk Heldy

Beberapa bukti kedekatan Soekarno dengan Heldy ditampilkan dalam buku sebagai bagian dari “cerita”. Sebagian besar berupa memo-memo mesra Soekarno untuk Heldy. Memang, adanya memo-memo tersebut tidak kemudian menjadi otomatis sebagai bukti bahwa mereka pasangan suami istri. Namun demikian, itu merupakan bukti penulis berusaha menampilkan keutuhan bagian dari sejarah, jika buku ini dapat digolongkan sebagai buku sejarah. Tanpa adanya dokumen resmi, Heldy Djafar akan lebih dikenal sebagai bagian dari kisah cinta Sokearno yang tersembunyi. Dokumen lain yang dilampirkan adalah Nawaksara, sebuah judul pidato Presiden Soekarno yang disampaikan di depan Sidang Umum IV MPRS, 22 Juni 1966 -10 hari sejak tanggal pernikahan Soekarno-Heldy, dan pidato “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”. Dua dokumen ini cukup membingungkan berada pada buku tersebut, dengan kata lain, pembaca sulit menemukan keterkaitan dokumen ini dengan pernikahan Soekarno Heldy. Kebingungan ini barangkali sama dengan kebingungan yang dirasakan para pembaca buku Fatmawati: The First Lady.

Memang nama Soekarno punya daya tarik luar biasa dan kisah cinta Soekarno barangkali menjadi semacam legenda tersendiri. Heldy -Cinta Terakhir Bung Karno, melengkapi serial buku yang mengangkat tema serupa -kisah cinta Soekarno-, menyusul buku-buku Fatmawati -Catatan Kecil Bersama Bung Karno, Kuantar Ke Gerbang -Kisah Cinta Ibu Inggit dengan Bung Karno, Fatmawati: The First lady. Kisah-kisah cinta itu berkembang sesuai dengan versinya masing-masing hingga kadang buku-buku yang menguraikan perjalanan hidup Soekarno tampak tidak saling bersinggungan selain bahwa ada nama Soekarno di sana.

kisah-cinta-soekarno-yang tersembunyi-dengan-Heldy-istri-terakhir-bung-karnoJudul Buku : Heldy – Cinta Terakhir Bung Karno

Penulis :Ully Hermono dan Peter Kasenda

Penerbit : Kompas Penerbit Buku

Cetakan : II, Juli 2011

Tebal : xviii + 254 halaman

Baca juga:

, , , , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan