prinsip-jurnalisme-digital

Pokok-Pokok dan Prinsip Jurnalisme Digital

Judul Buku: Jurnalisme Online

Penulis: Engelbertus Wendratama

Tahun: Agustus 2017

Penerbit: B-First Bentang Pustaka

Halaman: 204 Halaman

ISBN: 978-602-426-069-9 

            Internet ikut membawa perubahan masyarakat dalam mengonsumsi informasi. Perubahan itu nampak saat banyak media cetak utamanya koran mulai gulung tikar. Masyarakat pun beralih pada informasi dari internet. Selain gratis, masyarakat juga lebih praktis, simpel dan efisien dalam mengonsumsi berita yang mereka inginkan. Meski agak terlambat, hal ini pun direspon oleh media cetak dengan menyediakan berita atau informasi di internet.

            Di negeri kita sendiri, jurnalisme online tak lagi asing. Banyak media ternama dan akurat berbasis online yang sering dilanggan pula oleh koran cetak seperti detik.com, kapanlagi.com, kumparan.com, merdeka.com. dan berbagai situs online lainnya. Mereka situs online ini ikut serta menyediakan ragam berita baik berupa informasi dari politik, ekonomi, dan kebudayaan, ada pula yang memang mengkhususkan diri dalam dunia hiburan.

Buku Jurnalisme Online (2017) karya Wendratama adalah buku panduan yang praktis bagi para praktisi media online, maupun bagi yang hendak bergelut sebagai jurnalis online.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh siapapun yang hendak menekuni jurnalisme online. Salah satu diantaranya adalah kecakapan multimedia. Seorang jurnalis online harus punya kecakapan multimedia agar lebih interaktif dengan pembaca. Paduan warna, foto, video, akan membuat tampilan berita lebih menarik di layar ponsel dan memikat pembaca. Kedua, jurnalis harus memiliki kemampuan merangkum berita. Ia harus bisa mensarikan sepadat mungkin untuk pembaca, tanpa mengesampingkan unsur-unsur berita secara umum. Ketiga, kecepatan. Jurnalis online dituntut untuk menyajikan berita secepat mungkin untuk menghindari berita basi (h.5).

Meskipun berada dalam ranah online atau internet, bukan berarti jurnalisme mengesampingkan unsur etika. Di ranah online sekalipun, media juga bersandar pada etika jurnalisme. Secara filosofis ada empat teori tentang etika. Pertama, rule based thinking (berdasarkan aturan yang berlaku). Kedua, end based thinking (berdasarkan hasil akhir). Ketiga, golden rule (aturan emas). Keempat Aristotle’s Golden Man (Aturan nilai tengah Aristoteles) (h.130).

Di Indonesia masih banyak jurnalisme online yang melanggar etika. Ada tiga hal yang dicatat oleh Wendratama yang menjadi kecenderungan protes khalayak yang ditujukan pada media online. Pertama, isi berita tak sesuai judul. Kedua, satu berita dikemas menjadi banyak artikel dengan pokok yang sama. Ketiga, plagiarisme mengutip sumber tanpa keterangan. Yang sering terjadi adalah media daring hanya menerjemahkan liputan berbahasa asing (h.150).

Di era sekarang, kita bisa menerapkan diri kita sebagai jurnalis maupun sebagai pembaca berita. Sebagai jurnalis, kini makin banyak media (koran) membuka diri kepada masyarakat dengan membuka rubrik citizen journalism. Hal ini tak hanya berlaku bagi media cetak, tapi juga pada stasiun radio maupun televisi. Ruang-ruang itu bukan hanya menuntut masyarakat untuk berpartisipasi aktif sebagai jurnalis. Tetapi juga menuntut masyarakat belajar bersama tentang jurnalisme.

Adanya kecelakaan, adanya bencana alam, adanya peristiwa kejahatan, hingga kejadian lain yang terjadi disekitar kita berpotensi menjadi informasi yang layak disampaikan pada publik. Jika kita hendak menjadi jurnalis, setidaknya ada lima prinsip jurnalisme yang bisa kita jadikan pegangan. Pertama,kebenaran. Kedua,keadilan. Ketiga, kemerdekaan. Keempat, akuntabilitas (bertanggungjawab). Kelima, kemanusiaan (h.119).

Selain membahas bagaimana kecenderungan media online serta prinsip-prinsip di dalamnya, buku ini juga memberikan gambaran mengenai peluang bisnis berbasis digital dari kerja jurnalisme. Dua hal yang bisa digali dari jurnalisme online adalah potensi pelanggan yang besar dan konten yang dipasangi iklan (h.174). Seperti yang kita tahu saat ini, media online yang sudah banyak pengunjungnya, akan sangat penuh dan sesak dengan iklan. Bila tak diatur dan dikelola dengan baik, hal ini akan mengganggu para penggunanya.

Media online sekalipun harus tetap mempertahankan prinsip dan etika jurnalisme. Bila ia hanya mengejar rating dan pendapatan semata, tentu saja ia tak bakal berumur lama. Seiring dengan berkembangnya waktu, para anak muda sekarang jauh lebih kritis dan selektif. Bila hal ini tak direspon oleh para awak media online, tentu saja mereka akan tergerus oleh media yang konsisten dan berpegang pada nilai-nilai jurnalisme.

 

 


*) Tuan Rumah Pondok Filsafat Solo, Kepala Sekolah SMK Kesehatan Citra Medika Sukoharjo 

, ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan