pemikir-islam-al-kindi

Al-Kindi, Pemikir Islam Lintas Ilmu

            Membaca sejarah pemikir islam di masa lampau seperti menggali yang sudah tenggelam, akan tetapi tetaplah penting. Pemikir islam hidup sebelum masa renaissance Eropa. Ia meletakkan dasar-dasar filsafat, astronomi, botani, matematika, fisika dan berbagai bidang ilmu yang lain. Para orientalis barat pun banyak yang melakukan studi tentang islam di masa lampau. Meski tak dilandasi semangat atau etos amaliah atau transcendental, mereka menyadari bahwa islam betapapun di masa lalu pernah mengalami zaman keemasan. Dari sana tak hanya tinggalan berupa cerita dan sejarah, tapi juga artefak dan karya tulis yang teramat banyak. Meski telah banyak dihancurkan, tapi tetap saja membuat mereka tak berputus asa menggali kearifan dan kebenaran sejarah di masa lalu.

            Karen Amstrong (2001) menyebut, ciri-ciri pokok islam adalah penyucian sejarah. Karena itulah, penulisan sejarah dan pemikiran islam di masa lampau adalah bagian dari upaya pencarian dari hikmah dan mata air kebijaksanaan dan kebajikan. Tonny Abboud seorang jurnalis menulis buku berjudul Al-Kindi; Perintis Dunia Filosofi Arab (2013). Lewat buku ini, kita mendapati gambaran mengenai betapa hebatnya pemikir islam di masa lampau.

            Pemikir islam di masa lalu adalah para anak-anak yang dibesarkan oleh tradisi religiusitas yang kuat. Ia dididik oleh para ulama, serta para ilmuwan terkemuka di masa itu. Selain itu, mereka juga memiliki bekal yang cukup dari sisi materiil yang menopang perkembangan pemikiran mereka dari dalam. Lahir sepuluh tahun sebelum Khalifah Harun Ar-Rasyid wafat, dia hafal seluruh isi Al-qur’an, ia belajar ilmu hitung, ilmu alam, dan filsafat. Ia memulai karirnya dengan mengajar anak laki-laki Khalifah al-Mustashim Billah (833-842) (h.25)

            Abboud menulis “Dia mengenyam pendidikan terbaik. Melalui bakat dan kecerdasannya, dia menarik perhatian para pemimpin dan pemikir Irak. Salah satunya adalah al-Ma’mun (786-833) (h.27). Pada masa itulah, AL-Kindi memasuki Bait Al-Hikmah atau rumah kebijaksanaan. Pada Bait Al-Hikmah ini, ia bersama para pemikir dan ilmuwan lain tinggal untuk meneliti dan memajukan ilmu pengetahuan kala itu seperti yang diinisiasi oleh Khalifah Al-Ma’mun. Bait Al-Hikmah adalah pusat studi yang disetarakan dengan kampus Oxford di Inggris kala itu yang moncer di tahun 800-an.

            Secara pemikiran, Al-Kindi memang tak bisa dikatakan sepenuhnya berdiri sendiri. Ia dipengaruhi oleh Socrates, Plato, maupun Aristoteles. Boleh dikatakan bangsa arab di masa lampau tak mengenal pemikiran Yunani. Berkat Al-Kindilah pada waktu itu, bangsa arab kemudian mengenali pemikiran orang Yunani di masa itu. Perjuangan pemikiran Al-Kindi di masa lampau tak terlalu mulus. Ada pemikir Kakak-Beradik yang dikenal sebagai Banu Musa yang menjadi pesaing dan kelak akan menjatuhkan Al-Kindi dari Bait Al-Hikmah. Perpustakaannya yang terkenal dengan sebutan al-Kindiyah sempat disita pula pada masa Al-Mutawakkil.

            Sebagai pemikir Islam, Al-Kindi tak pelak membentangkan misi dari pencarian keilmuannya pada kebenaran. Menurut Al-Kindi filsafat memungkinkan manusia untuk meneladani keagungan Alloh sebanyak yang mereka mampu. Filsafat juga menyentuh makna kematian dan jiwa. Ia juga menambahkan bahwa filsafat adalah ilmu yang mempelajari esensi dan sebab, sedalam yang dapat manusia pelajari (h.55).

            Karya-karyanya yang membincangkan mengenai Tuhan dan filsafat diantaranya : Fi al-Falasifa al-Ula (Mengenai Filsafat Pertama) dan Fi Wahdaniyat Allah wa Tunahi JIsm al-Alam (Mengenai keesan Allah dan Terbatasnya Badan Alam). Ia juga menulis tentang musik dan peranannya sebagai penyembuh.

Akal

           

pemikir-islam-al-kindi

Judul buku: Al Kindi Perintis Dunia Filosofi Arab
Penulis: Tony Abboud
Penerbit: Muara
Tahun: 2013
Halaman: 120 Halaman
ISBN: 978-979-91-0544-8

Dipengaruhi oleh pemikiran Aristoteles, ia memiliki teori atau pandangan sendiri mengenai akal. Menurutnya ada empat jenis akal. Pertama, akal yang selalu aktif. Artinya akal yang selalu sadar akan banyak hal baik kejadian maupun bau, serta hal yang dilihat dan dirasakan orang. Kedua, akal yang terpendam dalam roh. Yakni kemampuan seseorang untuk selalu bertindak, suatu kapasitas yang tidak selalu terwujud. Ketiga, akal yang merupakan transisi dari akal kedua ke akal keempat. Yakni ketika seseorang benar-benar menggunakan kemampuan berfikirkan untuk melakukan sesuatu seperti menggambar atau menulis. Keempat, potensi pikiran tersebut diwjudkan menjadi sesuatu yang nyata dan dapat diindera (h.69).

            Sebagai ilmuwan, ia adalah seorang filsuf lintas bidang. Ia tak hanya menulis tentang matematika, agama, dan tuhan, ia juga menulis buku psikologi yakni mengenai cara menghalau kesedihan (Fi al-Hila Li-Daf al-Ahzan).

            Kehidupannya sebagai ilmuwan menginspirasi para ilmuwan muslim berikutnya seperti Avveroes, Avicenna, maupun Al-Alhazan. Ia pun mendapati pengakuan dan penghargaan dari dunia. Salah satunya dari seorang dokter dan ahli matematika dari Italia Gerolamo Cardano (1501-1576) “al-Kindi merupakan salah seorang pemikir terbaik sepanjang sejarah.”

            Spirit dan etos keilmuan al-Kindi adalah mencari kebenaran (Tuhan). Ia melakukan penelitian, mempelajari banyak hal untuk kembali pada pengakuan akan kekuasaan Tuhan. Inilah yang memberikan mata air keteladanan bagi kita semua. Bahwa meski ia hafal Qur’an ia masih mempelajari dan menulis banyak hal. Al-quran digerakkan untuk menggali berbagai latar bidang ilmu. Dengan itulah, ia menjadi ilmuwan yang tak hanya diakui dunia timur tapi juga barat. Saat penemuan-penemuannya bersifat universal dan diakui dunia, ia pun sebagaimana kebenaran, akan diangkat oleh masyarakat dunia pula. Inilah sebagian peranan dan potret kehidupan al-Kindi yang berhasil dituangkan penulis di buku ini.

            Tentu saja masih banyak kisah kehidupan al-Kindi yang belum sepenuhnya bisa diungkap dan diketahui oleh kita semua. Setidaknya, sampai hari ini ilmuwan barat sekalipun masih melakukan pencarian dan penelitian mengenai bagaimana peranan ilmuwan muslim di masa lampau.

Membaca kisah al-Kindi menyadarkan kita bahwa sebagai pedoman umat manusia, Al-qur’an memberikan tantangan kepada kita untuk terus menggali berbagai keilmuan di bumi ini.  

 


Tuan Rumah Pondok Filsafat Solo, Pendidik di SMK Citra Medika Sukoharjo

,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan