bunga-bunga-kehidupan

Bunga-Bunga Kehidupanku Terasa Gugur

Aku pernah berjalan cukup jauh, mencari sesuatu yang kutunggu selama ini. Aku bertanya, siapa jodohku? Aku penasaran, ingin segera kulihat sebentuk rupa yang menjadi tulang rusukku. Aku merasa khawatir bahkan was-was ketika pucuk mudaku perlahan menghijau tua, aku semakin dewasa. Sebuah kedewasaan yang masih berkawan kesendirian. Kesendirian yang menghadirkan bentuk-bentuk luka dari segala cibiran: bahwa aku perawan tua.

Kurajut  segala bentuk kesabaran menunggu seorang pujangga datang menguntai kata cinta, mengikatku dalam ijab yang halal. Tulang rusukku dimanakah engkau? Dimanakah engkau? Sebuah tanya yang tak ada habisnya dari  mulai do’a-do’aku di shubuh hari hinggga do’a-do’aku di  sepertiga malam. Dan ketika orang berkata bahwa sabar pun menemui batas, maka aku menepisnya. Semakin aku bersabar maka kuyakin Tuhan akan semakin dekat, sedekat kesabaran yang kita miliki.

Perjalanan ini sudah sangat jauh. Ya, kadang aku merasa lelah. Tapi pencarian ini tak boleh berhenti karena lelah, sebab aku percaya  satu dawuh Tuhan bahwa di dunia ini segala sesuatu berpasang-pasangan.

Matahari telah menyentuh setengah dari perjalanannya menyinari bumi, ini pukul dua siang. Kulihat sekelompok orang beriringan, mereka bermuram durja. Ada kesedihan yang tertahan, mungkin beberapa saat lalu mereka meluapkannya dengan menangis sejadi-jadinya. Orang-orang yang berkelompok itu berjalan pelan, terdengar sedikit gemuruh lantunan tahlil. Mereka sedang mengusung jenazah Aiman, pemuda tujuh belas tahun yang terkenal shalih.

“Kalau boleh tahu, Aiman anaknya Pak Hamid kenapa meninggal  ya?”  Tanyaku pada salah satu tetangga. Jujur aku penasaran, karena setahuku Aiman sehat-sehat saja.

“Meninggal mendadak, tidak sakit. Hanya sedikit terpeleset sesaat setelah mengambil air wudhu di mesjid”  Jelas tetangga tersebut.

Seketika mataku berkaca-kaca. Ada rasa haru yang tak terduga. Terharu karena kepergian pemuda itu dalam keadaan suci, dia dalam kedaan berwudhu. Mungkin saja Tuhan telah menyiapkan syurga baginya. Lalu untukku?

Untukku, yang sedang berjalan jauh dalam pencarian seorang insan, maka kuyakinkan hatiku bahwa Tuhan pun akan menyiapkan tempat terindah jika aku bersabar….bersabar….!

Dan hari ini ketika aku merasa jauh dengan jodohku, maka aku merasa jodoh yang paling dekat denganku  adalah kematian. Kematian datang tanpa syarat, tak harus tua tak harus pula berpenyakit. Ajal  datang seketika, menikam dada. Menghunus jantung dan memutuskan nafas kehidupan. Aiman yang muda mati tanpa diduga, dan aku yang sibuk dengan pencarian dunia kali ini merasa bahwa ujung hariku terasa di pelupuk mata, bunga-bunga kehidupan terasa akan segera berguguran.

Jika kisah ini berakhir tanpa sempat kujumpai kau yang kutunggu, wahai kekasih….Ku yakin setelah terlepas segala nafas, akan kujumpai ia dalam ruang berbeda, dalam keabadian bersama kasih Tuhan.

,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan