Membaca karya sastra tak hanya membuat kita menjadi tertawa, menangis, terharu, tetapi juga membuat kita tergerak dan tersentuh. Dari cerita yang menyentuh perasaan kita, kita kemudian menjadi tercenung, diam, melamun, atau bahkan sesekali mengiyakan dan bersepakat dengan apa yang dituturkan oleh cerpenis di cerpen-cerpennya.
Perasaan-perasaan seperti itu pula ketika kita diajak untuk menikmati cerita-cerita garapan Eko Triono. Di kumpulan cerpennya yang terbaru yang berjudul Agama Apa Yang Pantas Bagi Pohon-Pohon?, kita tak hanya diajak untuk menelusuri kembali bahasa-bahasa yang puitik, tetapi juga diajak untuk kembali ke bahasa yang tenang, tapi membuat kita tersentuh.
Ada cerita yang menampilkan bagaimana imajinasi kita diaduk-aduk dan diajak untuk menelusuri layer-demi layer cerita, tetapi kita juga diajak untuk menelusuri tokoh-tokoh yang rumit. Kita bisa menikmati itu ketika membaca cerpen yang berjudul Antoine Gusteau Ditemukan dalam Mimpi Seorang Baghdad.
Begitu juga ketika kita membaca cerpen bertajuk Rotundus dan Kiropterus di Cyperium, melalui cerpen ini mengajak kita berimajinasi lebih luas tak hanya soal kereta masa depan, tetapi kita juga diajak untuk mengimajinasikan dunia yang mutlak. Antara benar, salah, hitam, putih. Mari kita menyimak penggalan cerpennya berikut ini: “partai konservatif menggandeng golongan siang dan partai liberal golongan malam. Tidak ada kemenangan mutlak. Selisih yang ada tidak memenuhi syarat dalam perundang-undangan. Pertikaian runtuh seperti hujan yang enggan dikembalikan ke langit. Kalau dibiarkan, Cyperium menggigit kehancurannya sendiri”.
Di cerita berjudul Paradisa Apoda, kita diajak untuk memasuki jagad cerita yang surealis. Melalui imajinasinya yang rapi, dan narasinya yang ketat, Eko berhasil membuat kita terpukau hingga akhir cerita. Eko tak hendak membuang-buang kata-katanya, tetapi dengan keruntutan dan teknik bercerita yang khas, ia berhasil membuat cerita pendek yang sangat pendek begitu memikat.
Di kumcer ini, kita juga akan disuguhi kurang lebih lima cerita yang ditulis dengan sangat pendek. Diantaranya adalah Kebahagiaan, Paradisa Apoda, Anak Manis, Filsafat Mencuci Piring, Aku Ini Ibumu, Namamu. Cerita- cerita itu bukan hanya menarik karena begitu pendek bentuknya, tetapi disusun dengan imajinasi dan kekuatan gagasan yang sangat ketat. Di cerpen Namamu misalnya, kita diajak untuk menelusuri teka-teki si tokoh, siapa yang menjadi tokoh dalam cerita itu, kemudian kita pun diajak untuk sedikit merenung tentang arti kesempurnaan, utuh. Saat itulah, sebenarnya cerpen Namamu menjadi cerpen yang memberi ruang penuh bagi pembaca untuk ikut merasuki dunia cerita yang ditulis oleh pembuat cerpen.
Begitu pula ketika kita membaca cerpen pendek lainnya seperti Aku Ini Ibumu, ada kehendak untuk menyampaikan kepada pembaca meski tak terang-terangan, di cerpen ini, kita seperti mendengar petuah dengan nada halus. Kita juga bisa menyimak kritik yang halus di cerita pendek lainnya. Misalnya di cerpen berjudul Ikan Kaleng yang menguak sisi tragisme pendidikan kita yang ditampilkan secara sederhana melalui kisah industrialisasi ikan.
Kita juga akan mendapati bagaimana Eko jeli menata bahasanya dan dengan kesadaran penuh menciptakan dan menghidupkan dunia di sekitar kita dengan bahasa yang lancar dan ketat. Kita bisa menemukan hal itu di cerpen Seekor Hiu di Atap Rumah, misalnya yang berusaha mengangkat tamsil dari sebuah bencana tsunami. Kemudian di cerpen Kau adalah Gelas yang menghidupkan entitas yang sebenarnya mati, diangkat menjadi sentimentil. Sedangkan di cerpen Pledoi Spesies Tikus, kita menemukan kesempurnaan antara gaya cerita, ide cerita, hingga teknik penceritaan yang tak berlebihan yang mengangkat korupsi.
Melalui cerpen-cerpennya Eko telah berhasil tak hanya mengajak kita keliling dan bertamasya ke dalam dunia imajinasinya yang sederhana dan mengusik, tetapi juga menyentuh nurani kita, meminjam istilah Naufil Istikhari “menyentil derajat kemanusiaan yang kerap pongah”.
*) tuan rumah Pondok Filsafat Solo, Pengelola doeniaboekoe.blogspot.com
- Melongok Jendela-jendela Aba
- Cara Menumbuhkan Minat Baca Anak
- Kesalahan yang Sering Terjadi pada Lomba Menulis Cerpen RetakanKata
Belum ada tanggapan.