Asmara Erna dan Romi kandas hanya karena ‘menunda pesan’ yang mereka anggap kurang penting. Mereka tidak menduga hal itu bisa menjadi masalah serius ketika dibiarkan begitu saja.
Tentunya , tidak ada alasan yang tepat untuk pembenaran diri. Celah pembenaran tertutup rapat karena mereka sama-sama melakukan kesalahan yang mirip. Romi suka melakukan penundaan, dan Erna pun demikian.
Bagi Erna, ibarat membuang undi. Jika mungkin untuk kembali berpacaran dengan Romi, maka dirinya akan berusaha menjadi pasangan yang baik. Kalaupun tidak bisa, dirinya tetap menerima tanpa memaksa.
Erna tidak memungkiri bahwa harapannya cukup besar untuk memulihkan hubungan. Hanya saja, bukan perkara mudah untuk mengakui kesalahannya secara langsung di depan Romi.
Merasa niatnya belum mungkin terlaksana, Erna pun hanya menyimpannya dalam hati, dan membiarkannya menjadi sebatas rencana semata.
Kendati begitu, Romi juga sebenarnya tidak lepas dari penyesalan yang sama. Dia mengenang masa berpacarannya bersama Erna, dan setelah mengkoreksi diri, Romi membesarkan harapan untuk bisa menjadi pasangan yang baik bagi Erna.
Kedua pasangan tersebut memiliki banyak kesamaan. Mereka bekerja di tempat yang sama, berasal dari kota dan universitas yang sama, dan melamar di perusahaan yang sama. Bahkan, ketika pengumuman karyawan yang lulus tes wawancara kerja waktu itu, hanya nama mereka berdua yang disebutkan oleh pewawancara.
Seingat Romi, sebagai karyawan junior yang belum memiliki posisi bergengsi, dia bersama Erna ditempatkan pada satu ruangan kerja. Hanya jarak meja kerja sejauh 5 langkah yang memisahkan mereka di ruangan itu. Tentulah, jarak ini tidak begitu jauh. Karena meja kerja di ruangan mereka diatur saling berhadapan, maka saling melirik tak bisa dihindari.
Benih cinta pun timbul dari tatapan pertama dan semakin membara di tatapan berikutnya, hingga Romi memberanikan diri untuk lebih mengenal Erna dengan melakukan pendekatan.
Erna tidak menolak ajakan pertama Romi yang hendak mentraktirnya makan di sebuah restoran ternama. Inilah makan malam pertama yang membuat mereka saling mengetahui hobi, warna kesukaan, makanan favorit, dan harapan-harapan untuk karir dan juga harapan akan pasangan hidup di masa depan.
Pendekatan pertama Romi berhasil dan terus berlanjut di waktu-waktu berikutnya. Tidak butuh waktu lama, mereka pun jadian lewat ungkapan cinta Romi kepada Erna. Tentulah Erna tidak menolak karena Romi merupakan lelaki yang dekat dengan seleranya.
Jadian yang begitu singkat , tidak jauh berbeda dengan hubungan asmara mereka. Hanya 3 bulan, Erna dan Romi mulai menunjukkaan ego mereka masing-masing.
Di saat Erna mulai memberikan perhatian, Romi seolah tidak merespons dengan baik. Kesibukan dalam bekerja selalu jadi alasan utama.
Tidak mau kalah, Erna juga menunjukkan hal serupa. Saat Romi mulai kembali memberikan perhatian, Erna membalasnya dengan pengabaian yang pernah ia terima. Ia juga mau agar Romi mengerti, bahwa kesibukan kerja sering membuatnya mengabaikan perhatian dari Romi.
Kebiasaan saling mengabaikan datang berkali-kali menimpa Erna dan Romi. Padahal, masalah itu adalah hasil ciptaan mereka sendiri. Tiada berakhir usaha mereka saling membalas. Juga apa daya mendiskusikan masalah mereka berdua saat satu sama lain enggan duduk bersama.
Perlahan masalah mereka akhirnya membesar, dan Romi bersama Erna semakin tak mampu memendam ego mereka yang sudah lama disembunyikan.
“Kenapa wa semalam ngak dibalas?” tanya Erna kepada Romi, di waktu mereka makan bersama di kantin kantor saat jam istirahat.
Romi hanya menjawab singkat. Ia menegaskan bahwa semalam dirinya sudah tidur. Meski begitu, Romi kerap mengulangi hal itu. Dia kerap mengajukan alasan yang beragam ketika Erna mempertanyakan alasan mengapa pesan wa-nya tidak dibalas.
Lelah dengan alasan Romi, akhirnya Erna meresponinya dengan cara yang sama, bahkan lebih dari yang dilakukan Romi. Ia bermaksud membuat Romi menyadari kesalahannya yang sering menunda untuk membalas pesan WhatsApp.
Kembali kali ini, Romi yang mempertanyakan kepada Erna, ” Yang kamu balas semalam itu kan pesan yang sudah lama. Kok, wa-nya Senin, tapi Rabu baru balas?” tanya Romi yang tampak tidak sabaran ingin tahu alasan Erna.
“Waktu itu ada kerja lain, jadi ngak sempat balas,” tandas Erna.
Romi tidak membantah. Ia hanya menerima jawaban Erna begitu saja. Sebab, dia juga tau bahwa jawaban-jawaban yang sama pernah ia katakan pula kepada Erna. Namun, ia tidak juga merubah kebiasaan buruknya. Malahan, kembali ia membalas sikap Erna dengan cara yang lebih lihai lagi, sehingga Erna mulai enggan bersikap lebih sabar.
“Ah, kamu ini maksudnya apa. Seperti anak kecil. Pesannya baru centang terkirim hari ini. Aneh banget, kirim hari Sabtu, bacanya hari Senin,” kata Erna yang sudah mulai tidak sabar dengan sikap Romi.
Romi hanya menjelaskan, bahwa libur dua hari kemarin, ia bersama teman-teman pergi mendaki gunung. Ponselnya sempat kehilangan signal, sehingga ia memutuskan untuk tidak mengaktifkannya sampai pulang kembali di rumah. Itu pun, ia berkilah, dirinya langsung beristirahat dan tidur setiba di rumah.
Erna enggan menerima alasan Romi. Menurutnya, alasan Romi sangat tidak benar dan jelas-jelas hanya berkilah. Merasa semakin tidak tahan dengan sikap Romi, tanpa menunda, Erna berucap apa yang jadi keinginannya terkait hubungan dirinya bersama Romi.
“Jadi mau kamu itu apa sebenarnya? Kalau sudah malas, ya, ngak usah dipaksa. Aku juga ngak apa-apa,” tandas Erna ketika bertemu Romi di kantor.
“Ya, udah ngak usah dipaksa hubungannya. Kita jadi teman aja,” jawab Romi singkat, dan mengakhiri hubungan asmaranya bersama Erna yang baru seumur biji jagung.
Hubungan mereka berakhir begitu cepat dan meninggalkan pengalaman berharga. Seiring waktu berlalu, pembelajaran dari masalah mereka sangat terasa berarti. Alasan dibalik menunda pesan itu, telah menyadarkan mereka yang merasa ingin dipahami, dianggap penting dan diperhatikan terlebih dahulu.
Hampir tiga bulan juga sejak hubungan mereka berakhir, Erna belum menemukan pacar barunya, dan Romi pun demikian.
Di kantor, mereka tidak bisa menghindar untuk tidak bertemu dan tidak saling melirik. Perlahan tapi pasti, mereka menyadari, bahwa siapapun pasangan mereka, diri mereka masing-masing harus mampu menyediakan waktu bagi pasangan, termasuk menyediakan waktu untuk membalas pesan whatsApp di sela rutinitas kerja yang padat.
Kesadaran itu membawa mereka kepada hubungan yang kembali normal. Erna memberanikan diri untuk meminta maaf, dan Romi pun jelas tidak berupaya membenarkan dirinya sendiri. Banyak kesalahan ia akui di hadapan Erna, disertai ucapan maaf yang menyadari kesalahan.
Hubungan pacaran Romi dan Erna kembali berlanjut. Meski tidak mudah, mereka saling berupaya untuk meninggalkan ego pribadi yang sering mengabaikan hal sepele yang bisa merusak hubungan.
Romi terus berusaha meresponi pesan Erna, walaupun sebatas pesan bertanya keadaan. Erna pun enggan mengabaikan pesan Romi, walaupun itu sebatas ucapan selamat bekerja.
Baca Juga: Hujan Tak Pernah Salah
Belum ada tanggapan.