Sowan Kemaluan : Silahturahmi Kelamin-nya Mas Sudarto

Buku ini bukan lahir dari kemaluan tapi lahir dari rasa penasaran yang kemudian tumbuh menjadi rasa ingin tahu penulis tentang perilaku seksual di masyrakat perkotaan, tidak terkecuali di kalangan masyarakat Islam di Indonesia yang diketahui sebagai agama mayoritas di sini. Santri kelamin bohay ini, merangkum keprihatinannya atas fenomena kelamin yang tampak porak poranda antara aturan main dogma, label-label di masyarakat yang beradu dengan idealisme syariat.

Geliat dan kecenderungan seks yang kuat, menggebu dan panas tersebut sepertinya menjadi satu dari banyak indikasi adanya liberalisasi terhadap pemahaman seksual (libido). Benarkah hal tersebut karena dampak buruk  reformasi dan gaya hidup kebarat-baratan yang menjadi biang keroknya?

[sam id=1 codes=’false’]

Buku ini kaya dengan riset dan referensi. Mas Sudarto tidak menggunakan bahasa kebanyakan peneliti, namun menggunakan lontaran-lontaran ringan yang kadang membuat terkekeh.

Membahas kelamin, kemudian Anda merasa sedang dizolimi? Saya rasa perasaan tersebut adalah kekanakan. Membaca buku ini, Anda akan memperoleh pemahaman mengapa kegiatan kelamin dalam Islam seolah menjadi sebuah kegiatan kesucian, dilarang dalam agama, disarankan menjaga keperawanan namun sangat bertolak belakang sekali dengan fakta yang dipaparkan oleh penulis melalui kajiannya atas lima bentuk persebadanan (Silahturahmi Kelamin) yang oleh kepercayaan islam dianggap wajar dan tidak keluar dari tuntunan.

Silahturahmi yang objeknya kelamin dan dikenal dalam islam adalah:

  1. Al Yamin (relasi seksual karena sebab perbudakan)
  2. Misyar (relasi seksual berjangka waktu tertentu)
  3. Mut’ah (secara literal berarti, kesenangan, kegembiraan, kepuasan)
  4. Da’im (model relasi dalam bentuk pernikahan sekali seumur hidup)
  5. Ta’adud az-Zaujat (poligami)

Mungkinkah beberapa bentuk silahturahmi di atas yang membuat maraknya kawin kontrak di puncak? Cabean-cabean? Garem-gareman? Nikah Mu’tah? Lantas apa bedanya lima kategori tersebut dengan bentuk relasi seks pranikah atau justru tanpa nikah yang dianggap biasa oleh negara-negara penganut kebebasan individu?

sowan-kemaluanPada bab lain seperti, –Seksualitas dan Pernikahan Masa Depan, Zina dan Problematikanya, Pelacuran dan Fundamentalisme Agama, Seksualitas dan Wajah Ganda Syariat,  kita akan melihat fenomena seks adalah bukan ” Barang Tabu”. Dalam kaca mata penulis, seks adalah asasi. Begitu juga menurut saya. Jadi apa salahnya membahas apa adanya, memaparkan fakta berikut akar-akarnya dan di sisi lain menyematkan tanggung jawab sebagai manusia dewasa bagi para pelakunya seperti: gunakan kondom tepat pada waktunya.

Selamat membaca buku kelamin asyik-masyuk ini.

Penulis: Lara Prasetya

, , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan