Ungu

Ini bukan kisah nyata, tenang saja.

Aku hanya ingat bahwa seseorang itu suka anggrek ungu. Baiklah, kita berpura-pura saja bahwa itu kamu. Kurasa rasa sukamu bukan hanya terbatas pada anggrek ungu tapi lebih pada warna ungu. Kamu suka warna ungu. Bajumu ungu, sepatu flatmu ungu, tempat minummu warna ungu bahkan celana dalammu juga warna ungu. Ups, sori, aku tak pernah mengintip yaa … tapi ukuran celana panjangmu yang seperti kekecilan itu selalu memperlihatkan lapisan keduanya di bagian belakang. Setiap hari. Aku tak tahu apakah kamu hanya punya satu celana dalam lalu dipakai berulang-ulang atau punya banyak tapi hanya satu model. Entahlah.

Sudah ahh, aku tidak ingin bicara tentang celana dalammu di sini. Tapi kata-kata yang mengalir deras dari bibirmu tadi pagi tentang “gosip” cukup menggangguku. Kamu bicara dengan lantang tentang “gosip” seolah-olah seperti belum pernah sekalipun menggosip. Hahaaa, mohon maaf, pundakku rasanya tak tahan untuk berguncang. Rasanya aku ingin tertawa terbahak-bahak. Kalau perlu sampai terkencing-kencing mengencingi deretan kalimat yang kamu tebar. Kamu bilang : gosip tidak akan menyebar kalau kita tidak menanggapi. “Ammacaakkk???” seruku. Lalu aku bilang : aku tukang gosip! setidaknya kita pernah menggosip, bukan?

“Tidak!”, katamu.

Lalu pembicaraan kita didengar bos. Bos mendekat dan bilang : Dia benar, dia bukan menggosip tapi mencari solusi, mencari kebenaran.

Aku sontak bertanya : apakah kebenaran itu?

Rasanya aku mengatakan itu dengan meniru gaya Yesua dua ribu tahun lalu. Lalu tanganku terlipat di dada. Bos merangkul pundakmu. “Saya diintimidasi, Bos”, rengekmu. Lalu mata Bos berkilat-kilat mengenai mataku. Bibirnya monyong ke depan seperti ingin menamparku.

Asu!, seruku.

Bos memanggilku. Katanya aku jago menggosip, bahkan di media sosial. Katanya media sosial begitu kejam karena mau menampung gosipku. “Aku ingin menyadarkannya, Bos”, katamu.

Asu!, seruku lagi.

Kamu menatapku seperti habis memenangkan pertarungan. Lalu bibirmu dan bos berubah warna menjadi ungu. Kelopak mata pun ungu. Pipi ungu. Leher ungu. Lengan ungu.

Aku mengibaskan rambutku dan berlalu.

Lahat, 9 Nov 2014

“hello, purple!”

Artikel Terkait:

Suka?

[wp_ulike]

2 tanggapan ke Ungu

  1. willy wonga 9 November 2014 pada 11:49 #

    ide yg sepele tetapi kemasannya keren. sangat suka

    • maria_ita 9 November 2014 pada 13:33 #

      Ehh, trima kasih, hehee …

Tinggalkan Balasan