Chrysoberyl. Leader kelas Venus yang hilang ditawan Theseus.
Sungguh menawan rupanya. Kulit putih bersih dengan freckles alami yang indah. Tidak diragukan lagi jika ketua senat sekaligus leader kelas Mars jatuh hati padanya.
Ia berhasil membuat api itu menyala, entah berapa kali Chrysoberyl harus mencoba, menggesek dua batu untuk menciptakan percikan api. Ia sadar jika tidak ada lagi jalan keluar selain menyanggupi semua perintah George.
Theseus mungkin tidak akan setega itu jika asparagus di ladangnya tidak sehangus arang.
Lalu mengapa Theseus bisa mengenal George?
Saat tiba di Saint Lucia, Theseus berencana akan menyekap Chrysoberyl di Castries namun karena terlalu rawan ia akhirnya memilih Gunung Gimie sebagai tempat favorit.
George terlelap dengan tuxedo coklat dan bucket hat yang terlihat sedikit miring akibat posisi tidurnya. Sudah bebrapa hari ini mereka membuat kemah. Ralat. Bukan mereka, namun Chrysoberyl yang membuat kemah. Ia bekerja tanpa bantuan siapapun.
“George! Aku sudah menyiapkan sarapanmu” Chrysoberyl sedikit berteriak. Bagai membangunkan kerbau yang terlelap ia harus berulang kali menepuk wajah George yang tak kunjung membuka mata.
“Tambahkan cokelat panas di gelas ku.” George belum membuka matanya, ia masih dalam posisi berbaring nyaman.
Chrysoberyl menuangkan cokelat panas. Ia harus bersabar menghadapi manusia kejam itu. ia melihat segerombol orang menuruni Autos. Tunggu! Autos? Chrysoberyl girang, ia loncat-loncat dan hampir saja segelas cokelat panas itu tumpah.
“Nathan.. Serkan..” Chrysoberyl keluar dari kemah ia berlari ke arah teman-temannya. Namun ketika akan beranjak, kakinya kelu. Sekujur tubuhnya tidak bisa bergerak. “Kenapa ini..” sekuat tenaga ia berontak namun tidak ada hasilnya. Ia semakin terjebak.
Dari arah berlawanan, pasukan berkuda berjumlah ribuan bergerak maju. Pasukan itu terlihat seperti patung yang terbuat dari tanah. Mereka dilengkapi dengan senjata asli berupa tombak, busur, dan pedang.
“Astaga.. Apalagi itu?” Louis menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ia menggelengkan kepala.
“Seperti pasukan Terracota yang berada di China.” Nicky memperbaiki gladiusnya. Glasius yang awalnya hanya seperti gantungan kuci kini berubah menjadi senjata yang terlihat menyeramkan.
“Ha? Pasukan apa?” Erick menoleh ke arah Nicky kemudian kembali melihat pasukan mengerikan itu.
“Terracota.” Serkan yang menjawab. Gladius mereka mungkin tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kekuatan pasukan Terracota yang menurut sejarah sangat mengerikan itu.
Bukannya patung Terracota berada di dekat makan dinasti Qin Shi Huang di Shaanxi? Sungguh aku juga tidak tahu mengapa mereka di sini.
Terracota bergerak maju, Serkan telah bersiap menyerang. Ia memimpin pasukannya untuk bergerak maju tanpa ragu.
Hari ini Nicky bertransformasi menjadi sosok yang kuat dan mandiri. Ia menyerang dengan membabi buta pasukan Terracota yang jauh lebih banyak. Ia berhasil menebas beberapa pasukan kaku itu. Terracota terlihat kurang lihai karena memang mereka hanyalah patung. Hal itulah yang mungkin menjadi tambahan kepercayaan diri.
Keith sesekali mengayunkan gladius tepat di leher sang kuda. Ia berhasil membuat kepala kuda itu terpenggal. Tangannya cukup lihai memainkan pedang.
James dan Erick saling bahu membahu mengatasi perlawanan ketua Terracota itu. Mereka kesulitan untuk menghunjam leher pasuka Terracota yang sangat keras. Chang terlihat kesulitan untuk mengarahkan gladius ke leher ataupun kepala Terracota, ia hanya menghunus ke bagian perut. Sedangkan Louis terlihat sangat energik ketika memainkan gladius. Tidak terlihat seperti Louis yang biasanya.
Serkan tahu ini adalah tanggungjawabnya sebagai pemimpin pasukan. Ia akan merasa bersalah jika sampai ada yang terluka. Apalagi ia tahu jika Keith mendapat kutukan Dewa Chac yang mungkin sewaktu-waktu dapat dilemahkan.
Nathan memilih untuk menangani beberapa kuda liar yang merupakan satu paket pasukan Terracota. Ia menghunus tiga kuda sekaligus, sesekali ia harus terjatuh karena terdorong tapal kuda yang lumayan kuat itu.
Sayup-sayup dari arah puncak Gunung Gimie terdengar suara ‘stop’ sontak seluruh pasukan Terracota berhenti dan mematung seperti keadaan semula. Kemudian terlihat seorang pria dengan bucket hat. Ia berjalan dengan membawa seorang gadis dalam gendongannya. Gadis itu kemudian ia baringkan di bawah pohon. Pria itu tersenyum licik. Iya dia adalah si kejam George.
“Hebat!” George memicingkan mata.
“George??” James menatap tidak percaya pria yang kini menjadi tokoh antagonis dalam permainannya.
“Oh.. Hallo James. Apa kau mencari dia?” George menunjuk ke arah Chrysoberyl yang tidak sadarkan diri.
“Apa kau mengenalnya?” Serkan mengusap darah yang keluar dari ujung bibir.
“Dalam mimpiku, dia adalah pamanku yang licik.” James menjelaskan.
“Hentikan tindakan bodoh kalian!” George berteriak. Ia kemudian mengangkat tangan ke atas. Seketika langit gelap. Kilat cahaya terlihat silih berganti menambah kengerian.
James merutuki dirinya untuk yang kesekian kali. Keith adalah tanggungjawabnya dan kini sedang ada di ambang ancaman. Ia paham betul saat hujan turun, maka Keith akan sirna. Ia berjalan mendekat ke arah Keith, menatap wajah sayu yang tergambar jelas. Tidak ada pilihan lain, ia harus segera memutar otak.
James berlari secepat kilat, membawa serta gladius di tangan yang kemudian menghunus tepat bagian dada George.
“Awww……” George berteriak kesakitan.
“James!” Mereka kompak berteriak.
Hujan turun. Keith merasakan percikan air mengenai seluruh tubuhnya. Ia mengadahkan kedua telapak tangannya dan menutup matanya. Petrichor yang sangat dirindukan akhirnya kembali dapat ia nikmati. Ia merasakan tubuhnya mulai melemah kemudian terjatuh.
“Keith!” James berteriak, ia berbalik kebelakang. Keith terbaring dalam dekapan Nicky.
Buuuuummmmmm………………
Patung Terracota kembali bergerak. George ternyata sudah berada di barisan depan dan tersenyum licik. Bekas lukanya tak bersisa sama sekali.
“Apa?” Nathan tampak tidak puas melihat fakta yang terjadi.
“Serang!!!!!” Serkan memberi perintah.
Chang mengambil gladius milik Keith. Kini ia membawa dua gladius. Amarah menguasai pikirannya hingga ia sudah tidak peduli dengan akibat yang akan terjadi pada keselamatan dirinya. Ia benar-benar seperti kesetanan, menghunjam semua pasukan Terracota dengan sangat bersemangat.
Nathan dan Serkan juga tampak melampiaskan amarah. Semuanya berperang, suara gesekan pedang di mana-mana. Sementara Chrysoberyl masih mematung tak berdaya. Ia hanya bisa melihat dengan getir teman-temannya.
Louis hampir saja terhunus pedang pasukan Terracota jika saja Erick tidak sigap menyelamatkan dirinya. Ia kemudian melihat Nicky dan Keith yang terkepung. Nicky masih belum siap ketika ia melepas Keith dan membiarkannya berbaring.
Dummmmmmmm ………….
Seketika pasukan Terracota yang melingkar dan akan menyerang Nicky terpental. Terlihat cahaya merah muda keluar dari anting mutiara yang dikenakn Nicky.
“Anting itu!” Erick menyadari. Itu adalah anting yang diberikan Mr Alba pada Nicky ketika mereka bertemu di kereta beberapa hari yang lalu.
Nicky yang memejamkan mata seolah pasrah dengan nasibnya, setelah itu kembali membuka matanya sedikit demi sedikit. Ia melihat pasukan yang berguguran.
George yang melihat kejadian itu geram. Ia mengambil sebuah pedang dan berjalan ke arah Chrysoberyl. Ia menghunuskan tepat di leher gadis kecil itu. Chrysoberyl sangat ketakutan bibirnya gemetar, ia memejamkan mata tatkala bibir pedang itu tak sengaja menggores tipis kulit lehernya. George kalut, ia tidak menyadari tentang perjanjiannya dengan Theseus untuk tetap menjaga perdamaian dan ketenangan.
Hooaaammmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm…………
Guncangan maha dahsyat kembali mereka rasakan. Jauh lebih kencang dibanding dengan yang terjadi di Milky Way. Seluruh pasukan Terracota kembali ke bentuk semula. Diam dan kaku seperti patung pada umumnya.
“Oh tidak.” Louis terlihat panik. Bukan hanya guncangan yang mengakibatkan mereka tidak seimbang, tetapi ia khawatir akan keselamatan semua teman-temannya. Sepertinya itu amukan Theseus.
“Sepertinya Theseus berada di pihak kita.” Chang meyakinkan.
“AWWWWWWW–” George terbawa angin topan, ia berteriak dan merutuki dirinya sendiri ia sesekali berteriak tidak bermaksud menipu Theseus. Kejadian itu berlangsung sangat cepat. Setelah George menghilang ditelan langit, guncangan dan angin topan seketika berhenti. Pasukan Terracota juga menghilang.
“Keith!” James berlari ke arah Keith sedangkan Serkan segera menemui Chrysoberyl. Tiba-tiba pandangan mereka kabur. Ia melihat Keith menghilang seperti abu, kemudian ia juga melihat Nicky menghilang, kemudian Louis, Erick, Chang, Nathan, Chrysoberyl dan yang terakhir Serkan. ia merasakan sakit kepala yang sangat hingga pingsan.
Baca Juga: Menjadi Pilot (Cara Lain Menulis Fiksi Eksperimental)
Belum ada tanggapan.