syarat-dan-ketentuan-portal-berita-buku

Sejenak Hening

“Kapan terakhir kalinya kamu tidak melakukan apapun? 10 menit saja, tanpa gangguan. Diam. Benar-benar tidak melakukan apa-apa. Tidak bergerak. Tidak melakukan apapun. Tidak Twitter-an. Tidak cek email. BBM-an. SMS-an. Internetan. Nonton TV…”

Berita Buku – Hening. Sebuah kata sederhana namun sarat makna. Kata hening bisa berarti diam, atau bisa juga berarti suatu keadaan tanpa suara. Kalau menurut saya, hening berarti ambegan sik sedela—bernafas sejenak dan tidak memikirkan apa-apa. Bagaimana menurut Anda? Pernahkah Anda merasakan keheningan dalam kehidupan Anda akhir-akhir ini? Pekerjaan yang menyita banyak perhatian, jadwal meeting yang padat, belum lagi target yang harus diselesaikan sesegera mungkin, tentunya membuat Anda jarang atau mungkin tidak bisa merasakan keheningan. Rasanya seperti semua meledak dalam kepala Anda dan menuntut untuk dipikirkan hingga sampai tidak bisa tidur malam.

Ya, di jaman modern seperti ini, menemukan keheningan sepertinya adalah sesuatu yang sangat sulit. Jika Anda setuju dengan pernyataan di atas dan ingin mendapatkan keheningan sejenak, maka rekomendasi buku berikut ini cocok untuk Anda.

Sejenak Hening adalah buku psikologi populer yang ditulis oleh Adjie Silarus. Di tengah-tengah lautan buku psikologi populer yang menjelaskan tentang pentingnya meraih mimpi serta target dan tujuan hidup, misalnya seperti My Life, My Wonderful Dream karangan M. Rusli Amin, MA., Silarus justru menyarankan hal yang cukup berbeda. Dia menulis sesuatu yang mungkin sering dilupakan orang di jaman ini, yakni mengenai keheningan. Lewat “Sejenak Hening”, Silarus mengajak kita untuk sejenak menghentikan segala aktivitas dan hening. Hening sejenak, menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Hening sejenak, melepaskan ponsel dari tangan, dan memandang alam sekeliling. Hening sejenak, mengistirahatkan pikiran dari hiruk pikuk dunia. Hening sejenak, untuk mengurangi stres dan mendapatkan kebahagiaan.

Hening, menurut Silarus, adalah sebuah cara yang sederhana untuk mendapatkan kebahagiaan. Dengan hening sejenak, apa-apa yang melintas di pikiran akan terhenti. Masalah yang berkecamuk dalam benak akan terdiam. Setelah hening sejenak, aktivitas akan dapat dilanjutkan dengan cara yang lebih baik lagi. Setelah hening sejenak dan memperhatikan sekeliling, akan lebih mudah untuk mensyukuri hidup dan merasakan kebahagiaan.

Dalam bukunya, Silarus memang tidak menyebutkan cara-cara ilmiah untuk sejenak hening. Menurutnya, mendapatkan keheningan itu sendiri sebenarnya merupakan sesuatu yang sangat mudah. Keheningan dapat diperoleh dari hal-hal sederhana yang sering dilupakan. Cara-cara itu, meski dikupas dengan jenaka, dapat membuat kita tersadar akan hal-hal kecil yang terlupakan yang sebenarnya bisa kita lakukan sendiri untuk menenangkan diri.

Salah satu cara untuk mendapatkan keheningan misalnya dengan “menikmati momen sekarang”. Gampangnya seperti ini: sudah berapa kalikah kita menyimak lawan bicara kita sambil berselancar di dunia maya? Sudah berapa kalikah kita makan sambil nonton TV? Sudah berapa kalikah kita mengerjakan sesuatu sambil mengerjakan hal lainnya? Hal-hal seperti inilah yang membuat kita tidak merasakan keheningan; tidak merasakan kesadaran diri secara penuh. Jika kita melakukannya—menikmati momen sekarang, Silarus menjamin bahwa kita akan mendapatkan keheningan, dan tentu saja akan menjurus kepada kebahagiaan.

Silarus juga menyarankan untuk selalu “menikmati dengan utuh”. Dia menjabarkannya dengan cara yang sederhana tetapi cukup membuat kita tersentak. “Begini. Kita paham bagaimana caranya mengorbankan sekian tahun untuk mendapatkan gelar sarjana. Kita bersedia bekerja keras, bahkan sangat keras untuk mendapatkan pekerjaan, mobil impian, rumah mewah, menjadi pengusaha sukses dan sebagainya. Akan tetapi, kita lupa untuk menikmati hari ini. kita lupa mensyukurinya. Kita lupa merengkuh kebahagiaan di hari ini. Kita lupa untuk mendamaikan diri di hari ini.” (hlm 17).

Dalam bagian lainnya, Silarus menyarankan untuk berkonsentrasi mengerjakan satu hal dan lakukanlah 100%. Dengan begini, kesadaran penuh akan didapat. Sadar ketika melakukan sesuatu membuat kita sepenuhnya hadir dalam momen itu. Misalnya, ketika makan. Silarus menamakannya sebagai “sadar makan”. Makan dengan penuh kesadaran dapat menghadirkan kebahagiaan. Menikmati makanan secara sadar, dijamin akan membuat kita bahagia dan bukannya menikmati makanan dengan lauk ponsel—makan sambil chatting atau teleponan.

Di samping itu, Silarus juga menyarankan hal-hal sederhana mengenai tujuan hidup. Meski setuju bahwa tujuan hidup termasuk dalam hal-hal yang bisa mempengaruhi kebahagiaan, dia juga berpendapat bahwa, “Tujuan hidup itu tidak harus mengubah bumi atau menyelamatkan umat manusia, biarkan itu menjadi tugas Superman saja. Kita tidak usah terlalu sibuk menetapkan tujuan hidup yang gegap gempita. Mulailah dari yang sederhana saja.” (hlm 251).

Silarus memang tidak menuliskan cara-cara untuk sejenak hening secara urut. Cara yang disajikannya memang lompat-melompat; dari bab pertama bisa melompat ke bab yang paling tengah, begitu seterusnya. Acak, namun sederhana. Meskipun begitu, buku ini asyik dibaca. Membaca buku ini, membuat kita tersadar akan suatu hal sepele yang ternyata jarang dilakukan: hening.

buku-Adjie-Si­larusJudul: Sejenak Hening
Penulis: Adjie Silarus
Penerbit: Metagraf
Cetakan: Kedua, Januari 2014
Tebal: 310 halaman
ISBN: 978-602-9212-85-3

, , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan